Menilik Peran AS dan Angkatan Darat dalam Pembantaian Massal 1965-1966...

- Pembunuhan massal ratusan ribu orang yang dituduh komunis, serta kader dan simpatisan Partai Komunis Indonesia pada 1965 sampai 1966 merupakan bagian kelam dalam sejarah bangsa Indonesia.
Tragedi ini bermula dari penculikan enam orang jenderal dan seorang kapten pada 30 September 1965 malam.
Ketujuh orang tersebut dibawa ke Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, di mana mereka ditembak dan dimasukkan ke dalam sumur.
Orang-orang yang berada di balik peristiwa itu mengatasnamakan tindakan mereka sebagai Gerakan 30 September (G30S).
Gerakan itu dilakukan dengan dalih sebagai upaya melindungi Presiden Soekarno dari kudeta yang diduga direncanakan oleh Dewan Jenderal.
G30S gagal dan berakhir ditumpas oleh Angkatan Darat yang dipimpin oleh Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Mayor Jenderal Soeharto.
Narasi kudeta dan antikomunis
Peristiwa G30S menjadi pemicu pembantaian massal anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) karena dituding mendalangi penculikan para jenderal.
Sampai saat ini, jumlah orang yang dibunuh pada 1965-1966 masih belum jelas dan diperkirakan mencapai ratusan ribu.
Jurnalis Vincent Bevins, dalam bukunya The Jakarta Method (2020), menguraikan peran Pemerintah Amerika Serikat dalam pembantaian massal di Indonesia pada 1965-1966.
Setelah menumpas G30S, Soeharto mengendalikan media massa serta menyebarkan propaganda bahwa PKI telah melakukan percobaan kudeta.
Soeharto dan Angkatan Darat mengeklaim bahwa PKI membawa para jenderal ke Halim Perdanakusuma. Di sana, para jenderal disiksa dan dibunuh dengan keji.
Para anggota Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia, organisasi yang dikaitkan dengan PKI) disebut menari telanjang, lalu memotong alat kelamin para jenderal dan mencungkil mata mereka, sebelum membunuh mereka.
Narasi yang disebarkan mengeklaim bahwa PKI memiliki daftar panjang orang-orang yang mereka rencanakan untuk dibunuh, dan kuburan massal yang sudah disiapkan.
Pemerintah Amerika Serikat membantu Soeharto menyebarkan propaganda dan narasi antikomunis ke seluruh negeri.
Terkini Lainnya
- INFOGRAFIK: Hoaks Rekrutmen Pendamping PKH 2025, Simak Bantahannya
- [HOAKS] Aktor Stefan William Meninggal Awal Februari 2025
- [HOAKS] Kuis Tebak Kata Berhadiah Rp 50 Juta dari RANS Entertainment
- [HOAKS] Balita Hilang Ditemukan di Plafon Sekolah, Disembunyikan Makhluk Halus
- [KLARIFIKASI] Foto Bersama Trump, Netanyahu, dan Elon Musk adalah Manipulasi AI
- INFOGRAFIK: Hoaks Tunggakan JKN 2025 Dihapus, Ini Bantahan BPJS Kesehatan
- [KLARIFIKASI] Bank Swasta Bantah Diretas Bjorka
- [HOAKS] Tebus Murah iPhone 15 Pro Max di Instagram Kemenag Sumbar
- [KLARIFIKASI] Gambar Lubang Reruntuhan Xiaozhai Tiankeng Hasil Manipulasi AI
- [HOAKS] Rekrutmen CPNS 2025 Telah Dibuka pada Februari
- INFOGRAFIK: Video Mengheningkan Cipta atas Tragedi Christchurch Dinarasikan Keliru
- [HOAKS] Tayangan Promosi Obat Diabetes dari Dokter Tony Setiobudi
- [HOAKS] Konten Kreator Malaysia, Eyka Hilang di Hutan Bandung
- Manipulasi Foto Bersama Netanyahu, Trump, dan Elon Musk
- [KLARIFIKASI] Foto Elpiji 3 Kg di Rumah Raffi Ahmad Bersumber dari Video Lama
- Wamen Stella Ikut Cek Kesehatan Gratis di Puskesmas, Siswa Bisa Gratis mulai Juli
- Trump Ngotot Ingin Beli dan Miliki Gaza, Terbuka Negara Lain Bantu Membangun Kembali
- CEK FAKTA: Mengukur Kinerja Legislasi DPR 2019-2024 yang Diklaim Puan Maharani
- [VIDEO] Hoaks Soimah Bagi-bagi Uang Rp 25 Juta, Awas Penipuan!
- [HOAKS] Pemerintah Arab Saudi Larang Doa untuk Palestina
- [KLARIFIKASI] Korea Utara Larang Turis AS, tetapi Bolehkan Turis Israel dan Jepang
- [HOAKS] Elon Musk Menutup Akun X Milik Taylor Swift