Mampukah Catatan Komunitas Atasi Kekompleksan Disinformasi di Medsos?
- Meta menyetop program cek fakta bersama pihak ketiga di Amerika Serikat (AS), lalu mengikuti jejak platform X menggunakan catatan komunitas atau Community Notes.
Kepala Urusan Global Meta, Joel Kaplan menulis bahwa pendekatan yang selama ini dilakukan Meta terlalu kompleks dan membuat "terlalu banyak kesalahan" dalam menyensor konten.
Namun, sebaran disinformasi di media sosial tak kalah kompleks. Mampukah catatan komunitas mengatasi kompleksitas tersebut?
Tidak bisa lepas dari bias
Meta mengaitkan cek fakta dengan tudingan bias dan sensor. Hal ini membuat para pemeriksa fakta kecewa.
Kekecewaan ini muncul karena independensi para pemeriksa fakta selalu diawasi ketat dan memiliki transparansi jelas.
Di sisi lain, sistem catatan komunitas yang selama ini diterapkan di platform X tidak serta merta lepas dari bias.
Sistem catatan komunitas di media sosial milik Elon Musk tersebut juga memiliki risiko bias politik.
Sebuah studi pada 2022 menunjukkan, sistem Birdwatch di X justru membuat pengguna media sosial cenderung memberi label dan menilai lawan politik mereka dibandingkan rekan-rekan mereka di AS.
Penelitian lain pada 2023 menunjukkan, banyak catatan komunitas yang tidak pernah ditampilkan, karena mereka bergantung pada konsensus politik yang luas dibandingkan pada standar dan bukti keakuratan.
Tidak perlu dipertentangkan
Pengumuman Meta menyetop program cek fakta diiringi komentar petingginya yang menuding pemeriksa fakta melakukan sensor.
Kebijakan baru Meta juga dikaitkan dengan kebebasan berekspresi yang lebih leluasa.
Padahal, selama ini keputusan untuk menghapus atau membatasi suatu konten ada di pihak Meta berdasarkan standar komunitasnya.
Hal yang sama sekali di luar wewenang para pemeriksa fakta.
Kerja-kerja cek fakta juga tidak bertentangan dengan kebebasan berekspresi.
Jaringan Pemeriksa Fakta Internasional atau IFCN menegaskan, para pemeriksa fakta sangat mendukung kebebasan berekspresi.
Terkini Lainnya
- INFOGRAFIK: Hoaks Lowongan Kerja Mencatut Matahari, Awas Penipuan!
- [HOAKS] Balita Korban Pemerkosaan di Jepara Meninggal
- INFOGRAFIK: Video Perlihatkan STY Datang Beri Kuliah Umum, Bukan Pulang ke Korsel
- [HOAKS] Link Pendaftaran Relawan Program Makan Bergizi Gratis
- [HOAKS] BPJS Kesehatan Salurkan Bantuan Dana Rp 125 Juta
- [HOAKS] Sekelompok Gadis Berjoget Lihat Kebakaran di Los Angeles
- [HOAKS] Link Rekrutmen Perusahaan Susu Ultrajaya
- [HOAKS] Konten Prabowo Minta Stasiun TV Putar Lagu "Ganyang Fufufafa"
- [KLARIFIKASI] Peta AS Setengah Terbakar dan Setengah Bersalju Bukan Citra Satelit
- [HOAKS] Shin Tae-yong Resmi Latih Timnas Brunei pada Januari 2025
- [HOAKS] Kebakaran di California adalah Agenda Smart City 2028 oleh PBB
- Fakta Seputar Gencatan Senjata Israel dan Hamas...
- INFOGRAFIK: Hoaks Daftar Lowongan Kerja PT Pertamina via WhatsApp, Awas Penipuan!
- INFOGRAFIK: Video Elon Musk Dipangkas Rambutnya oleh Robot Merupakan Besutan AI
- [KLARIFIKASI] Video Ini Bukan Tornado Api di California
- Kasus Penipuan dengan AI: PM Thailand Nyaris Kena, "Brad Pitt" Gadungan Tipu Rp 13 Miliar
- Laut Tangerang yang Dipagari Bambu Sudah Bersertifikat HGB?
- Tak Ikut Campur Urusan Pernikahan Al Ghazali, Maia Estianty: Mereka yang Berhak Menentukan
- [HOAKS] Lowongan Kerja Pertamina Januari 2025, Daftar Via WhatsApp
- INFOGRAFIK: Muncul Hoaks CNN Indonesia Beritakan Ledakan di Rumah Terawan
- [HOAKS] Oppo Bagikan 150 Ponsel Gratis untuk Merayakan HUT ke-25
- [HOAKS] Link Rekrutmen di Perusahaan Ritel Matahari
- Koalisi Cek Fakta Kecewa, Desak Meta Jelaskan Dampak Penghentian Program