airtronicfirearms.com

Cerita Ana, Guru yang Ikut Scholas Occurrentes, Komunitas Gagasan Paus Fransiskus

Ana Nur Awaliah adalah seorang guru dari Buton, Sulawesi Tenggara yang diberi kesempatan bercerita seputar pengalamannya bergabung dalam komunitas gagasan Paus Fransiskus yakni, Scholas Occurrentes.
Lihat Foto

- Ana Nur Awaliah adalah seorang guru dari Buton, Sulawesi Tenggara yang diberi kesempatan bercerita seputar pengalamannya bergabung dalam komunitas gagasan Paus Fransiskus yakni, Scholas Occurrentes.

Scholas Occurrentes adalah komunitas pemuda yang didirikan oleh Paus Fransiskus pada 2013 lalu di Argentina.

Kini, komunitas itu sudah ada di lima benua, dengan anggota berjumlah lebih dari satu juta orang yang tersebar di 70 negara. Komunitas itu bertujuan untuk mengubah sistem pendidikan saat ini, dan menyesuaikannya dengan kebutuhan dan tantangan abad ke-21.

Baca juga: Kisah Guru Isdiarto, Seberangi 5 Muara dan Jalan Berlumpur demi Mengajar

Ana menyampaikan pengalamannya di Scholas langsung di depan Paus Fransiskus yang sedang bertemu dengan para pemuda dan guru-guru di Indonesia pada Rabu (4/9/2024).

Ana mengatakan, ia bisa bergabung di Scholas karena diberi tahu oleh mentornya, kemudian mengikuti rangkaian seleksi yang panjang.

Ia pun akhirnya berhasil lulus seleksi dan masuk Scholas sebagai tim, murid serta, relawan.

"Saya sangat senang ketika dinyatakan lulus (Seleksi Scholas)," kata Ana dikutip dari YouTube Kompas Tv, Kamis (5/9/2024).

Ana mengaku tertarik bergabung dengan Scholas karena melihat komunitas itu memiliki kecintaan pada dunia pendidikan sama sepertinya.

Saat bergabung dengan Scholas, Ana mengaku diajarkan cara toleransi yang sama dengan diajarkan oleh agamanya yakni Islam.

Kurikulum pendidikan yang diajarkan oleh Scholas juga melatihnya untuk melihat dunia dari sisi rakyat miskin kota yang haus akan sekolah.

Baca juga: Beasiswa bagi Guru ke Jepang 2023, Uang Saku Rp 16 Juta Per Bulan

"Harusnya disekolahkan. (Scholas juga) menyadarkan yang kaya materi bahwa hidup tidak hanya memikirkan diri sendiri," ujarnya.

Sebagai guru, Ana melihat kurikulum Scholas juga memiliki visi dan misi yang sama dengan Kurikulum Merdeka Belajar yang dalam prakteknya dibutuhkan tim seperti Scholas.

Hal itu diperlukan untuk membentuk generasi muda, generasi guru yang tidak hanya cerdas tapi juga bahagia.

Ana mengaku sudah banyak ikut kegiatan bersama Scholas di berbagai negara seperti Italia, Liberia dan, Afrika.

Ia sampai saat ini juga tetap menjalin komunikasi intens melalui media sosial dengan para anggota Scholas. Ana juga berdiskusi dengan para anggota mengenai dunia pendidikan, kurikulum strategis, literasi digital.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat