airtronicfirearms.com

Implementasi "Omni-Leadership" Pimpinan Perguruan Tinggi di Indonesia

Ilustrasi pemimpin perusahaan.
Lihat Foto

BEBERAPA tahun terakhir, perguruan tinggi mengalami perubahan signifikan, yang dikatalisasi oleh pandemi COVID-19. Pandemi memaksa pemimpin untuk mengubah cara-cara tradisional yang selama ini digunakan.

Digitalisasi menjadi kata kunci penting dalam mentransformasi perguruan tinggi di Indonesia. Teknologi semakin berkembang sehingga membuat sivitas akademika harus terus beradaptasi dengan cara-cara baru.

Fernandez dan Shaw (2020) mengidentifikasi tiga perubahan mendasar dalam kepemimpinan pendidikan tinggi.

Pertama, pergeseran menuju kepemimpinan berbasis layanan, yang memprioritaskan kepentingan orang lain.

Kedua, pendelegasian tanggung jawab di antara anggota tim untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Ketiga, kebutuhan para pemimpin untuk berkomunikasi melalui berbagai media.

Perubahan ini terus berlangsung hingga kini, termasuk dengan maraknya penggunaan kecerdasan buatan.

Fenomena ini membutuhkan paradigma kepemimpinan baru yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman. Pemimpin harus agile, adaptif, kreatif, dan memiliki literasi digital dan teknologi mumpuni. Saya menyebutnya sebagai omni-leadership.

"Omni-leadership": Pemimpin Multiperan

Omni-leadership merupakan kemampuan pemimpin untuk mengelola dan memengaruhi timnya secara efektif di lingkungan offline dan online. Pengelolaan di sini termasuk mengadaptasi praktik kepemimpinan agar efektif di berbagai saluran.

Barnes et al. (2024) mengungkapkan kompetensi yang dibutuhkan untuk omni-leadership, yaitu kecerdasan emosional (seperti empati, motivasi, dan self-awareness), kepercayaan, pemberdayaan, refleksi, ketahanan, kemampuan beradaptasi, fleksibilitas, dan komunikasi.

Menurut Whittaker & Montgomery (2022), omni leader harus visioner supaya mendorong inovasi, kolaborasi, pemikiran kewirausahaan dalam pendidikan tinggi.

Kepemimpinan omni sangat penting dalam memastikan para pemimpin beroperasi secara efektif dalam mengelola platform online, beradaptasi dengan teknologi baru, juga mempertahankan dan menguatkan operasional kampus.

Kepemimpinan omni penting untuk mendorong lingkungan yang merangkul inovasi digital sambil mempertahankan nilai-nilai pendidikan.

Srivastava et al. (2023) menggambarkan kepemimpinan omni sebagai sesuatu yang melibatkan kemauan untuk mengambil risiko yang terukur dan bereksperimen dengan ide-ide inovatif untuk meningkatkan pembelajaran mahasiswa/i.

Omni leadership yang efektif dimulai dengan visi yang diartikulasikan dengan jelas, terutama saat membimbing institusi menuju model pembelajaran hibrida.

Seiring dengan semakin pentingnya transformasi digital, universitas yang dipimpin oleh pemimpin yang serba bisa cenderung akan berkembang pesat karena para pemimpin mendorong ketahanan, inovasi, dan terampil menavigasi kompleksitas dalam mengintegrasikan kurikulum digital, meningkatkan keterlibatan virtual, dan memastikan keamanan siber dan privasi data.

Institusi yang mampu mengatasi tantangan ini akan muncul lebih kuat, lebih kompetitif, dan lebih siap untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi tuntutan masyarakat dan tempat kerja yang terus berkembang.

Berdasarkan definisi tersebut, salah satu peran penting pemimpin perguruan tinggi adalah memastikan universitas memanfaatkan teknologi yang diperlukan.

Namun, pada prinsipnya, adopsi teknologi hanyalah salah satu langkah dari tujuan akhir, yaitu memastikan lulusannya berdaya dan punya kapabilitas.

Teknologi digital tidak mengubah tujuan mendasar pendidikan tinggi; sebaliknya, teknologi tersebut memodifikasi metode yang digunakan untuk mencapainya.

Gaus et al. (2022) mendorong pemimpin di perguruan tinggi untuk menunjukkan efektivitas dan keberhasilan dalam mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai.

Chankseliani & McCowan (2021) mengatakan, ada dua peran utama dari pemimpin perguruan tinggi, yaitu menghasilkan penelitian yang berkontribusi pada kemajuan pengetahuan, dan menciptakan ekosistem ideal tempat individu dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk mendorong pengembangan manusia secara holistik.

Para pemimpin harus mengembangkan sistem manajemen pembelajaran yang inovatif, memanfaatkan analisis data untuk menginformasikan pengambilan keputusan, dan memelopori metode pedagogis yang inovatif dengan memanfaatkan teknologi.

Ketika lembaga pendidikan tinggi menjalani digitalisasi sepenuhnya, para pemimpin harus menunjukkan kapasitas untuk menavigasi struktur organisasi yang kompleks, membangun hubungan yang kuat di antara para pemangku kepentingan dan anggota tim, serta mendorong konsensus tentang arah strategis dan jadwal transisi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat