airtronicfirearms.com

3 Kampus Terbaik Indonesia yang Masuk 300 Besar Dunia 2025

QS World University Rankings
Lihat Foto

- Tiga perguruan tinggi Indonesia berhasil menembus jajaran 300 universitas terbaik dunia versi QS World University Rankings tahun 2025. Pencapaian mengukuhkan kualitas pendidikan tinggi Nusantara di kancah global.

QS World University Rankings yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat internasional Quacquarelli Symonds (QS) merupakan salah satu sistem pemeringkatan universitas paling berpengaruh di dunia. Tahun ini, pemeringkatan tersebut mencakup lebih dari 1.500 perguruan tinggi.

Keberhasilan tiga kampus Indonesia masuk dalam daftar elit, menjadi prestasi tersendiri, mengingat ketatnya persaingan global di mana Amerika Serikat mendominasi dengan 197 institusi, disusul Inggris dengan 90 universitas, dan Tiongkok daratan dengan 71 perguruan tinggi.

Baca juga: Biaya Kuliah Kedokteran di UI, Unpad dan IPB Jalur SNBP 2025

Metodologi yang dipakai QS

Seluruh kampus yang masuk dalam pemeringkatan terbaik versi QS WUR 2025 ini dinilai dari 5 aspek utama dengan bobot penilaian yang berbeda.

1. Research and discovery (penelitian dan penemuan)

Aspek ini mendapat porsi terbesar dengan bobot penilaian sebanyak 50 persen yang mencakup reputasi akademik dan jumlah sitasi per fakultas, mencakup:

  • Indikator Reputasi Akademik (Academic Reputation/AR) mengukur reputasi institusi dan program-programnya dengan meminta para ahli akademik untuk menominasikan universitas berdasarkan bidang keahlian mereka. Indikator ini tidak hanya menunjukkan kualitas penelitian suatu institusi, tetapi juga pendekatan mereka terhadap kemitraan akademik, dampak strategis, inovasi pendidikan, serta pengaruh yang mereka berikan terhadap pendidikan dan masyarakat secara luas.
  • Indikator Sitasi per Fakultas (Citations per Faculty/CPF) adalah ukuran intensitas dan volume relatif penelitian yang dilakukan di suatu institusi. Indikator ini mencerminkan jumlah sitasi yang diperoleh rata-rata oleh staf akademik suatu institusi. Volume sitasi yang lebih tinggi menunjukkan bahwa akademisi di institusi tersebut menerbitkan penelitian di jurnal yang dihormati, terlibat dalam kolaborasi yang kuat, dan mengerjakan topik yang menarik perhatian luas.

Baca juga: Pertamina Buka Beasiswa Sobat Bumi 2025 bagi Mahasiswa S1

2. Employability and outcomes (ketenagakerjaan dan lulusan)

Aspek kedua adalah employability and outcomes  dengan bobot 20 persen, yang menilai reputasi perguruan tinggi di mata pemberi kerja serta tingkat keterserapan lulusan di dunia kerja.

  • Reputasi Institusi di Kalangan Pemberi Kerja Indikator Reputasi Pemberi Kerja (ER) mengukur reputasi institusi dan program-programnya di kalangan pemberi kerja. QS menjadi satu-satunya sistem pemeringkatan utama yang berfokus pada aspek vital dalam perjalanan pendidikan mahasiswa ini.
  • Keterserapan Lulusan Indikator Keterserapan Lulusan (EO) mengukur sejauh mana institusi dapat memastikan tingkat keterserapan kerja yang tinggi bagi lulusannya, serta rekam jejak mereka dalam menghasilkan lulusan yang memberikan dampak berarti bagi masyarakat.

3. Global engagement (keterlibatan global)

Menjadi aspek ketiga dengan bobot 15 persen. Aspek ini mengukur empat indikator, yaitu rasio fakultas internasional, jaringan penelitian internasional, keberagaman mahasiswa internasional, dan rasio mahasiswa internasional.

  • Indikator Rasio Fakultas Internasional (IFR) melihat perbandingan antara staf pengajar internasional dengan total staf. Institusi yang menarik sejumlah besar akademisi internasional mendapat manfaat dalam hal keberagaman penelitian dan pengajaran serta kolaborasi. Selain itu, jika sebuah institusi menarik banyak staf dari luar negeri, hal ini menunjukkan reputasi positif dan dipandang sebagai tempat kerja yang baik.
  • Jaringan Penelitian Internasional (IRN) mengukur keberhasilan institusi dalam menciptakan dan mempertahankan kemitraan penelitian dengan institusi di lokasi lain. Indikator ini mengukur seberapa beragam dan kaya jaringan penelitian institusi dengan melihat jumlah negara yang terwakili, serta apakah hubungan ini diperbaharui dan diulang.
  • Indikator Keberagaman Mahasiswa Internasional (ISD) melihat rasio mahasiswa internasional terhadap total mahasiswa serta keberagaman kewarganegaraan mahasiswa tersebut. Keberadaan mahasiswa internasional yang beragam memberikan manfaat dalam hal jaringan, pertukaran budaya, pengalaman belajar yang lebih beragam, dan keberagaman alumni.
  • Indikator Rasio Mahasiswa Internasional (ISR) melihat perbandingan antara mahasiswa internasional dengan total mahasiswa. Populasi mahasiswa internasional yang besar memberi manfaat dalam hal jaringan, pertukaran budaya, pengalaman belajar yang beragam, dan keberagaman alumni.

Baca juga: Beasiswa Maudy Ayunda Dibuka bagi Mahasiswa S1, Ada Bantuan Biaya Kuliah

4. Learning Experience (Pengalaman Pembelajaran)

Memiliki bobot 10 persen dengan fokus pada rasio antara fakultas dan mahasiswa. Indikator Rasio Fakultas-Mahasiswa mengukur jumlah staf akademik yang dimiliki institusi untuk mengajar mahasiswanya. Semakin banyak sumber daya staf akademik yang tersedia bagi mahasiswa untuk pengajaran, supervisi, dan pengembangan kurikulum, semakin baik pengalaman pembelajaran yang diharapkan.

5. Sustainability (Keberlanjutan)

Dengan bobot 5 persen indikator ini menilai komitmen institusi terhadap pembangunan berkelanjutan. Komitmen Keberlanjutan Indikator Keberlanjutan (SUS) menyoroti institusi yang menunjukkan komitmen terhadap keberadaan yang lebih berkelanjutan, dan mencakup berbagai faktor di bidang lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Ini mencakup segala hal mulai dari proyek lingkungan di kampus, inisiatif keberagaman, tata kelola institusi, hingga dampak penelitian akademis terhadap 17 tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) PBB.

3 kampus terbaik yang masuk 300 besar dunia

1. Universitas Indonesia

Peringkat global: 206 

2. Universitas Gadjah Mada (UGM)

Peringkat global: 239

3. Institut Teknologi Bandung (ITB)

Peringkat global: 256

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat