airtronicfirearms.com

Hario Cafe Tokyo, Kafe Baru di Jakarta untuk Nikmati Slow Coffee

Menu Gayo Neutral di Hario Cafe Tokyo Indonesia di One Satrio, Karet Kuningan, Jakarta Selatan, pada Jumat (30/9/2024).
Lihat Foto

JAKARTA, - Hario Cafe Tokyo Indonesia di One Satrio, Kuningan, Jakarta Selatan, menawarkan konsep yang berbeda, selain membawa merek Hario Cafe Tokyo dari Jepang ke Jakarta.

Adapun Hario adalah perusahaan pencipta alat V60 yang digunakan untuk manual brew, salah satu metode penyeduhan kopi secara manual.

Baca juga: Apa Itu Kopi Manual Brew dan Keunggulannya Dibandingkan Teknik Lain?

CEO ZB Group, Hubert Martony mengatakan, pihaknya ingin memperkenalkan konsep baru yang mungkin belum begitu dikenal oleh masyarakat Indonesia berupa penyajian kopi tanpa mesin espresso

"Kita bawa tekniknya mereka (Hario), alatnya mereka, dan kita mau memperkenalkan ini ada cara baru, teknik baru, dan juga sensasi baru untuk menikmati kopi. Saya harapkan mudah-mudahan hal ini bisa diterima dengan baik oleh para pencinta kopi," ucap Hubert saat grand opening Hario Cafe Tokyo di Jakarta Selatan, Jumat (30/8/2024).

Senada dengan Hubert, CMO ZB Group, Martono menambahkan, pihaknya ingin memperkenalkan konsep slow coffee dan metode pour over.

"Konsep kafe yang memperkenalkan bagaimana menikmati kopi secara - namanya slow coffee atau (manual) brewing, pour over gitu - pour over itu menuang kopi, bukan dengan mesin espresso. Ini masih belum banyak di Indonesia," jelas Martono dalam kesempatan yang sama. 

Penikmat slow coffee masih belum terlalu banyak

Martono menjelaskan, terdapat tiga gelombang terkait kebiasaan masyarakat Indonesia minum kopi. Gelombang pertama, yang terjadi beberapa tahun lalu, adalah meminum kopi dalam kemasan saset. 

Selanjutnya pada gelombang kedua, masyarakat mulai mengenali kafe dan tempat ngopi.

Dalam gelombang ini, mesin-mesin espresso yang otomatis pun luas digunakan para pelaku usaha kafe. Kopinya dibuat secara cepat, dengan rasa yang diupayakan mirip antara satu gerai dengan lainnya.

Baca juga: Cerita Barista Indonesia Menang di Kompetisi Menyeduh Kopi Dunia

Kemudian ada gelombang ketiga yang, menurut Martono, terdiri dari para penikmat kopi yang tersegmentasi. Mereka dinilai mementingkan rasa kopi yang unik.

Ia pun mengakui, penikmat slow coffee dan pour over di Indonesia masih belum terlalu banyak dan masih tersegmentasi. Namun, bukan berarti tidak ada peluang dan pihaknya juga tidak mau memaksakan. 

"Enggak apa-apa, kita lihat nanti makin lama makin besar (penikmatnya), sesuai perkembangan pasarnya saja. Kami memfokuskan pada orang-orang yang memang sudah lebih bisa mengapresiasi rasa kopi. Satu, rasa kopi; kedua, juga kita menyajikan kopi dengan kualitas," terang dia.

Selain dari segi penikmat slow coffee dan pour over, ia juga melihat tantangan dari segi harga. Hal ini disebabkan oleh harga biji kopi dan berbagai proses yang dilewati. 

"Tapi kalau slow coffee ini, kita harus mencari yang kopi-kopi - yang kalau dengan alatnya Hario itu rasa-rasa eksotik bisa keluar. Dan karena itu harganya beda," ucap dia. 

Baca juga:

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat