airtronicfirearms.com

Narasi dan Komodifikasi Pangan Lokal

Biji sorgum.
Lihat Foto

DALAM film dokumenter berjudul "Buy Now!", mantan Presiden brand ternama Adidas, Eric Liedtke mengemukakan satu "rahasia" bagaimana konsumen bisa diarahkan untuk membeli sebuah produk.

Eric mengatakan, rahasianya terletak pada cerita-cerita yang dikonstruksi untuk menciptakan peluang penjualan baru.

Eric mengambil contoh klub sepakbola di Inggris. Berapa buah jersey yang mereka punya dalam setahun?

Tidak hanya satu. Ada jersey saat bermain di kandang sendiri, ada jersey khusus yang didesain saat bermain tandang, dan jersey-jersey lainnya yang didesain khusus untuk kesempatan tertentu.

Tujuannya untuk membangun cerita dari peristiwa dan mengarahkan jersey tersebut menjadi bagian dari sejarah yang diceritakan orang-orang.

Padahal, kebutuhan jersey sebetulnya tidak perlu sebanyak itu. Cerita-cerita baru yang tercipta dari jersey berbeda-beda itulah yang menarik orang untuk membeli jersey karena merasa terhubung dengan sejarah yang tercipta bersama klub sepak bola tersebut.

"The storytelling is so critical in this to really drive consumption," demikian kata Eric.

Menurut saya, pangan lokal juga harus ditempatkan dalam cara pandang serupa. Saatnya pangan lokal dibangun menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi. 

Hal itu bisa didorong melalui narasi dan cerita yang kuat sehingga masyarakat dengan kesadaran tinggi mau menjadi konsumen loyal.

Di Flores, Nusa Tenggara Timur, Maria Loretha, atau dikenal dengan Mama Tata menjadi pegiat sorgum agar masyarakat kembali pada budayanya sebagai pengonsumsi sorgum.

Untuk mendorong konsumsi sorgum, Mama Tata yang juga akrab dipanggil dengan sebutan Mama Sorgum ini gigih mengembalikan ingatan kolektif masyarakat Flores Timur mengenai legenda "Tonu Wujo".

Laman nationalgeographic.grid.id mengulas ini dalam unggahan tahun 2019. Cerita tentang seorang perempuan yang mengorbankan dirinya agar semua anggota keluarganya tidak mati kelaparan di musim paceklik.

Semua warga kelaparan. Sesuai kepercayaan, kondisi ini memerlukan tumbal untuk menghilangkan krisis pangan ini.

Tonu Wujo kemudian rela mengorbankan dirinya. Meski dengan berat hati, keluarganya mengantarkan anak perempuan itu ke ladang untuk dibuat upacara.

Sebelum pengorbanan terjadi, Tonu Wujo berpesan bahwa seminggu setelah kematiannya, nanti akan tumbuh semua jenis tanaman pangan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat