airtronicfirearms.com

Sejarah Perang Kosovo dan Kontroversi Pemboman NATO

Warga Albania Kosovo mengenang kerabat yang terbunuh dalam perang di sebuah pemakaman di Kota Meje, Kosovo barat. Dalam pembantaian Meje pada 27 April 1999, tentara dan laskar Serbia membunuh hampir 400 warga sipil Albania Kosovo, termasuk anak di bawah umur.
Lihat Foto

Penulis: Volker Wagener/DW Indonesia

PRISTINA, - Perang Kosovo berakhir pada 10 Juni 1999. Pada hari itu, Dewan Keamanan PBB di New York mengeluarkan Resolusi 1244, yang secara resmi mengakhiri peperangan.

Dua setengah bulan sebelumnya, pada malam tanggal 24 Maret 1999, NATO telah memulai pemboman pertama terhadap sasaran di seluruh Yugoslavia (terdiri dari Serbia dan Montenegro).

Ini adalah misi tempur pertama Aliansi Pertahanan Atlantik Utara tanpa mandat PBB dan yang pertama dengan partisipasi tentara Jerman. Hal ini merupakan pelanggaran karena tiadanya mandat PBB bagi NATO dan bagi masyarakat Jerman karena keterlibatannya dalam perang.

Baca juga: Kosovo Bergejolak, NATO Terjunkan Pasukan Tambahan

Tujuan NATO adalah memaksa tentara Yugoslavia mundur dari Kosovo untuk mencegah pengusiran dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga Albania Kosovo yang tinggal di sana.

Latar belakang perang Kosovo

Disintegrasi Yugoslavia dimulai pada 1991 dengan deklarasi kemerdekaan oleh Slovenia, Kroasia, dan Makedonia. Bosnia menyusul pada 1992. Serbia memimpin atau memulai perang melawan Slovenia, Kroasia, dan Bosnia, hanya Makedonia yang luput dari perang.

Di Kosovo juga, tanda-tanda eskalasi perang telah ada sejak awal. Pada awal 1989, ketua Liga Komunis di Serbia, Slobodan Milosevic, mencabut otonomi Provinsi Kosovo.

Penggeseran warga Albania dari sektor pemerintahan dan sektor publik (kesehatan dan pendidikan) di Kosovo telah dimulai sebelumnya dan telah meluas secara besar-besaran sejak penghapusan otonomi.

Untuk waktu yang lama, terdapat perlawanan tanpa kekerasan dari warga Albania Kosovo, yang dipimpin oleh penulis Ibrahim Rugova, yang kemudian menjadi pendiri negara dan presiden pertama Kosovo.

Sejak pertengahan tahun 1990-an, perlawanan dengan kekerasan terhadap Serbia menjadi semakin populer. Mereka yang menempuh cara ini lalu mengorganisasi diri dan bergabung menjadi Tentara Pembebasan Kosovo (UCK). Pasukan yang awalnya kecil ini dengan cepat berkembang menjadi tentara reguler pada paruh kedua 1990-an.

Baca juga: Di Pristina Kosovo, Warga Dibayar Rp 900.000 Per Bulan jika Mau Adopsi Anjing, Tuai Pro-Kontra

Pemicu serangan pemboman NATO

Serangan terhadap kantor polisi Serbia menyusul, yang ditanggapi oleh Belgrade dengan serangan yang mencapai tingkat keparahan yang tidak proporsional. Konflik bersenjata tersebut akhirnya berujung pada perang di Kosovo, awalnya di Yugoslavia, pada 1998/1999.

Pemicu intervensi NATO adalah ditemukannya mayat 40 warga Albania di Kosovo yang tewas di desa Racak pada Januari 1999. Pengamat internasional berbicara tentang adanya pembunuhan massal, yang dibantah oleh penguasa Belgrade. 

Negosiasi Rambouillet dan buntunya diplomasi

Negosiasi perdamaian terjadi di Rambouillet dekat Paris, Perancis, pada Februari 1999 di bawah kepemimpinan Balkan Contact Group. Ini adalah upaya diplomatik terakhir yang dilakukan Eropa dan Amerika Serikat untuk memaksa warga Albania dan Serbia di Kosovo mengakhiri pertempuran melalui sebuah perjanjian.

Namun, negosiasi tersebut gagal. Upaya terakhir yang dilakukan utusan khusus AS Richard Holbrooke untuk membujuk orang kuat Serbia Milosevic agar menyerah di Belgrad juga tidak berhasil.

Kontroversi tentang tiadanya mandat PBB

Menjelang serangan udara NATO, politisi Barat, khususnya presiden Amerika Serikat kala itu, Bill Clinton, telah berulang kali menuduh Serbia merencanakan genosida di Kosovo.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat