Populasi di Jepang Menurun, 6 Tahun ke Depan "Kesempatan Terakhir"

TOKYO, - Diperkirakan, jumlah orang muda di Jepang akan menurun tajam pada 2030-an. Ini karena angka kelahiran yang terus menurun.
Data Kementerian Kesehatan Jepang, 350.074 kelahiran terjadi antara Januari-Juni pada 2024 ini. Jumlah itu menurun hampir enam persen dibandingkan Januari-Juni 2023.
Bahkan angka itu jadi yang terendah sejak 1969, ketika Tokyo mulai melaporkan statistik dua tahunan tersebut.
Baca juga: Topan Shanshan Hantam Jepang, Jutaan Orang Dievakuasi
Ini juga menandai tahun ketiga berturut-turut dengan kurang dari 400.000 kelahiran dalam enam bulan pertama, dan penurunan yang lebih tajam dibandingkan penurunan 3,6 persen pada periode tahun sebelumnya.
Sebagaimana diberitakan Newsweek pada Kamis (5/9/2024), sebanyak 811.819 kematian dilaporkan terjadi di masyarakat yang sangat lanjut usia.
Ini meningkat hampir 2 persen dari periode Januari-Juni tahun 2023 dan rekor 55 tahun lainnya.
Menteri Kesehatan Jepang, Keizo Takemi dalam konferensi pers Selasa kemarin, ia menyebut situasi itu sangat kritis.
Ia memperingatkan bahwa jumlah orang muda akan menurun tajam pada tahun 2030-an. Jadi, ia menyebut enam tahun ke depan adalah kesempatan terakhir bagi Jepang.
"Kami terus memikirkan cara menerapkan langkah-langkah efektif untuk mengatasi penurunan angka kelahiran tanpa menunggu periode ini," kata Takemi.
Baca juga: Jepang Rayu Warganya Mau Kerja Hanya 4 Hari Per Pekan
Ia menekankan bahwa kementerian telah meminta anggaran termasuk langkah-langkah untuk menaikkan upah di kalangan orang Jepang yang lebih muda dan memperluas akses ke pengasuhan anak dan cuti orang tua pascapersalinan untuk mendorong pengasuhan anak.
Statistik ini dirilis saat parlemen Jepang menyetujui revisi undang-undang yang bertujuan untuk meningkatkan dukungan bagi orang tua saat ini dengan memperluas bantuan keuangan, cuti orang tua, dan akses pengasuhan anak.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida telah menjadikan peningkatan angka kelahiran sebagai prioritas nasional, sebelumnya berjanji untuk menggandakan pengeluaran perawatan anak nasional dalam satu dekade.
Analis telah mencatat bahwa pembuat kebijakan Jepang telah berkonsentrasi untuk membantu keluarga dengan anak-anak.
Tetapi belum mengatasi masalah orang muda, yang ragu-ragu untuk memulai keluarga karena tekanan karier dan tantangan keuangan.
"Dukungan ekonomi sederhana, seperti peningkatan tunjangan, tidak akan dengan mudah menyelesaikan masalah serius dari penurunan angka kelahiran," tulis ekonom Takahide Kiuchi dalam laporan Juni untuk Nomura Research Institute Jepang.
Ekonom tersebut mencatat bahwa pola pikir konservatif Jepang seputar pengasuhan anak, khususnya beban berat yang dibebankan pada perempuan, perlu diubah.
Baca juga: Sejarah Tradisi Membungkukkan Badan di Jepang dan Berbagai Jenisnya
Lebih dari 80 persen perempuan mengambil cuti orang tua, dibandingkan dengan hanya 14 persen laki-laki, yang sebagian besar mengambil cuti kurang dari dua minggu.
Angka kesuburan di Jepang, atau jumlah rata-rata anak yang diharapkan per wanita selama hidupnya, turun ke rekor terendah 1,2 tahun lalu.
Sementara itu, orang yang berusia 65 tahun ke atas kini mencapai 30 persen dari populasi, menjadikan Jepang sebagai tempat bagi banyak orang yang sudah tua.
Terkini Lainnya
- Pemimpin Partai Oposisi Singapura, Pritam Singh, Terbukti Berbohong kepada Parlemen
- Serangan Udara di Gaza Tewaskan 3 Polisi Palestina, Israel Klaim Menarget Orang Bersenjata
- Lima Bank Irak Akan Dilarang Lakukan Transaksi Dalam Dolar AS
- Apa Itu Kemerdekaan Taiwan dan Apakah Taiwan Sudah Merdeka?
- Netanyahu: Israel dan AS Bertekad Gagalkkan Ambisi Nuklir Iran
- AS Kembali Deportasi Migran Ilegal, Kali Ini 119 Warga India Dipulangkan
- Jika Diperlukan, PM Starmer: Inggris Siap Kirim Pasukan ke Ukraina
- Gencatan Senjata Gaza: Kabinet Israel Bahas Fase Baru Usai Kunjungan Menlu AS
- Perang Rusia-Ukraina: Info Terbaru, Eropa Jadi Bagian dari Perundingan Damai
- [KABAR DUNIA SEPEKAN] Penembakan di Swedia | Hasil Presiden Erdogan ke Indonesia
- Ibu dan Anak Tewas dalam Insiden Mobil Tabrak Kerumunan di Munich
- Paus Fransiskus Masuk RS karena Bronkitis, Tak Pimpin Doa Angelus Minggu
- Usai Disetujui Trump, Bom AS Seberat Hampir 1 Ton Tiba di Israel
- Polisi Malaysia Peringatkan Tiktokers Berhenti Kunjungi Lokasi Trotoar Ambles Demi Konten
- Pemerintah RI Resmikan Layanan E-paspor di KJRI Sydney, Pertama di Australia dan Pasifik
- Giliran Papua Nugini Siap Sambut Antusias Kehadiran Paus Fransiskus...
- Misteri Tarian Melayang Berezka Ensemble, Tekniknya Masih Dirahasiakan, Keluarga Pun Tak Tahu