Perang Israel-Hezbollah di Depan Mata, Menteri Gallant Kabarkan ke AS
YERUSALEM, - Israel mengabarkan ke Amerika Serikat (AS) bahwa perang melawan kelompok Hezbollah telah berada di depan mata.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, pada Senin (16/9/2024) memberi tahu Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, bahwa prospek penghentian pertempuran dengan Hezbollah di sepanjang perbatasan Lebanon telah meredup.
Berbicara dalam sebuah panggilan telepon, Gallant mengatakan kepada Austin, kemungkinan untuk kerangka kerja yang disepakati di wilayah utara hampir habis karena Hezbollah terus "mengikatkan diri" pada Hamas.
Baca juga: Hezbollah Luncurkan Roket ke Israel Utara, Balas Kematian 3 Petugas Penyelamat di Lebanon
Kelompok Hezbollah Lebanon yang didukung Iran telah melakukan kontak senjata hampir setiap hari dengan pasukan Israel sejak kelompok Palestina Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober.
Pertempuran tersebut telah menewaskan ratusan orang.
Di Lebanon, sebagian besar korban tewas adalah para pejuang, sementara di pihak Israel, ada tentara dan warga sipil.
Pertempuran juga telah memaksa puluhan ribu orang di kedua belah pihak untuk meninggalkan rumah mereka.
Sementara putaran pembicaraan yang dimediasi oleh AS, Qatar, dan Mesir telah diadakan untuk mencoba mengamankan gencatan senjata di Gaza, belum ada saran negosiasi untuk menghentikan perang antara Hezbollah dan Israel.
Wakil Kepala Hezbollah Naim Qassem pada Sabtu (14/9/2024) mengatakan, kelompoknya “tidak berniat berperang”, tetapi jika Israel “melepaskan” serangan akan ada kerugian besar di kedua belah pihak.
Israel dan Hezbollah bertempur dalam perang selama sebulan pada 2006 yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di Lebanon, sebagian besar warga sipil, dan juga 160 warga Israel, sebagian besar tentara.
Baca juga: Mengapa Hezbollah Jadi Ancaman yang Lebih Besar bagi Israel Dibanding Hamas?
Pernyataan Kementerian Pertahanan Israel pada Senin mengatakan, Menteri Gallant menegaskan kembali komitmen Israel untuk menghapus kehadiran Hezbollah di Lebanon selatan, dan untuk memungkinkan kembalinya masyarakat utara Israel ke rumah mereka dengan aman.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berbicara mengenai krisis di wilayah utara pada Minggu (15/9/2024), dan bersumpah bahwa situasi yang ada saat ini tidak akan berlanjut.
“Kami akan melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk mengembalikan warga kami dengan aman ke rumah mereka,” katanya.
Setelah berbicara dengan penduduk dan pihak berwenang di wilayah Israel utara, ia mengaku mendengar kesusahan dan tangisan.
“Status quo tidak akan berlanjut. Ini membutuhkan perubahan dalam keseimbangan kekuatan di perbatasan utara kita," jelas Netantahu.
Terkini Lainnya
- 27 Negara Anggota Uni Eropa Desak Israel Setop Serang UNIFIL di Lebanon
- Rusia Rebut Desa Lagi di Ukraina Timur, Semakin Dekati Pokrovsk
- Korea Utara Disebut Bersiap Ledakkan Jalan Lintas Perbatasan dengan Korea Selatan
- China Kepung Taiwan, Ini Tanggapan Presiden Lai Ching-te
- Giliran Presiden Ukraina Tuduh Korea Utara Kirim Pasukan ke Rusia
- China Kepung Taiwan dengan Jet Tempur dan Kapal Perang, Apa Tujuannya?
- Korea Selatan Sepenuhnya Siap Hadapi Ketegangan dengan Korea Utara
- Israel Jatuhkan Bom ke Tenda-tenda Penuh Pengungsi di Area RS Al-Aqsa Gaza, 4 Orang Tewas, 70 Lainnya Terluka
- Ukraina Klaim Rusia Bunuh 9 Operator Drone Setelah Menyerah
- Menghadap Prabowo, AHY: Beliau Ingin Pembangunan ke Depan Sukses
- Ukraina Undang PBB dan ICRC untuk Tinjau Situasi Kursk Rusia, Apa Tujuannya?
- Ukraina dan Rusia Tanggapi Upaya Pembunuhan Trump di Lapangan Golf, Apa Kata Mereka?
- Ini Pengakuan Putra Tersangka Percobaan Pembunuhan Trump di Florida
- 1 Serangan Udara Israel di Kamp Pengungsi Nuseirat Tewaskan 10 Anggota Keluarga Al-Qassas
- Pejabat PBB: Dunia Gagal Lindungi Warga Sipil di Gaza