AS Setujui Penjualan Senjata Rp 6 Triliun ke Taiwan, Apa Saja Bentuknya?
WASHINGTON DC, - Amerika Serikat telah menyetujui usulan penjualan suku cadang jet tempur dan sistem radar, serta peralatan komunikasi ke Taiwan, dalam kesepakatan senilai 385 juta dollar AS (sekitar Rp 6,096 triliun).
Meskipun AS tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, Washington tetap menjadi pendukung terpenting dan pemasok senjata terbesar bagi pulau tersebut.
Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan AS atau Defense Security Cooperation Agency (DSCA) mengungkap, penjualan suku cadang jet tempur F-16 dan sistem radar yang diusulkan tersebut terdiri dari peralatan dalam stok militer AS yang ada dan bernilai sekitar 320 juta dollar AS.
Baca juga: Selain Jet Tempur, Taiwan Juga Deteksi Balon China di Dekat Pulau
Pengiriman suku cadang diperkirakan akan dimulai pada 2025.
“Penjualan yang diusulkan ini melayani kepentingan nasional, ekonomi, dan keamanan AS dengan mendukung upaya berkelanjutan penerima untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya dan mempertahankan kemampuan pertahanan yang kredibel,” kata DSCA dalam sebuah pernyataan pada Jumat (29/11/2024).
"Penjualan yang diusulkan akan meningkatkan kemampuan penerima untuk menghadapi ancaman saat ini dan di masa mendatang dengan menjaga kesiapan operasional armada pesawat F-16 penerima," tambah mereka, dikutip dari AFP.
DSCA menyampaikan, penjualan terpisah yang melibatkan dukungan lanjutan dan peralatan untuk sistem komunikasi taktis bernilai 65 juta dolar AS.
Kesepakatan tersebut telah disetujui oleh Departemen Luar Negeri AS, dengan DSCA memberikan pemberitahuan yang diperlukan kepada Kongres pada Jumat.
China bersikeras Taiwan, yang memiliki pemerintahan sendiri, adalah bagian dari wilayahnya dan telah lama menentang penjualan senjata AS ke pulau itu.
Baca juga: Amerika Susun Rencana untuk Keadaan Darurat Taiwan
Penjualan tersebut diumumkan saat Presiden Taiwan Lai Ching-te akan berangkat pada Sabtu (30/11/2024) ini untuk melakukan perjalanan ke tiga negara sekutu di kepulauan Pasifik, dengan singgah di Hawaii dan wilayah AS, Guam.
Kementerian Pertahanan Taiwan pada Sabtu mengucapkan terima kasih atas penjualan senjata terbaru dari AS ini.
"Barang-barang tersebut akan membantu menjaga kesiapan tempur peralatan pesawat F-16 Angkatan Udara dan memperkuat pertahanan udara kami. Taiwan dan Amerika Serikat akan terus mengkonsolidasikan kemitraan keamanan bersama,” ungkap Kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Luar Negeri AS mengatakan, ini adalah kali ke-18 pemerintahan Presiden Joe Biden mengumumkan penjualan senjata ke Taiwan.
"Taiwan bertekad untuk memperkuat pertahanannya dalam menghadapi tekanan militer China dan 'gangguan zona abu-abu'," ungkap Kementerian itu, mengacu pada taktik yang tidak termasuk dalam tindakan perang.
China telah meningkatkan tekanan militer terhadap Taiwan dalam beberapa tahun terakhir dengan pengerahan jet tempur dan kapal perang hampir setiap hari di sekitar pulau tersebut.
Baca juga: Taiwan Siap Berdiskusi dengan Trump Terkait Pertahanan
Pada Sabtu, Kementerian Pertahanan Taiwan pun mengatakan, sebanyak 18 pesawat militer China dan tujuh kapal angkatan laut serta dua balon udara terdeteksi dalam 24 jam hingga pukul 06.00 pagi.
Terkini Lainnya
- Kenapa Presiden Suriah Digulingkan dan Kabur? Ini Profil Bashar Al Assad
- Rezim Assad di Suriah Jatuh Usai Ditinggal Sekutu Sibuk Perang Masing-masing
- Seruan PBB Setelah Pemberontak Suriah Gulingkan Presiden Bashar Al Assad
- Bashar Al Assad, Pemimpin Terakhir Era Arab Spring yang Akhirnya Digulingkan
- Polisi Thailand Gerebek Pesta Narkoba, Tangkap 124 Orang, Kebanyakan Laki-laki Cuma Pakai Celana Dalam
- Kata Rusia soal Laporan Assad Kabur ke Moskwa
- Saran China Setelah Pemberontak Suriah Gulingkan Presiden Bashar Al Assad
- Geng Haiti Bunuh 110 Orang, Semua Korban Lansia
- Gunung Kanlaon Meletus, Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 3.000 Meter
- Kapal Perang China Berada di Perairan Taiwan, Taipei Siaga Tinggi
- AS Lancarkan Puluhan Serangan Udara ke Target ISIL di Suriah
- Presiden Korsel Dilarang Bepergian ke Luar Negeri, Hadapi Penyelidikan Pemberontakan
- Presiden Korsel Masih Jadi Panglima Tertinggi dan Kendalikan Militer
- Banjir Malaysia Paksa 122.631 Orang Mengungsi, Kenapa Bisa Begitu Banyak?
- Zelensky: Perang Dapat Berakhir jika Ukraina di Bawah NATO
- Banjir Thailand Tewaskan 9 Orang, Banyak Warga Berjalan Lalui Air Setinggi Dada
- Apa Langkah Selanjutnya Kamala Harris Usai Kalah Pilpres AS 2024?
- Pasukan Pemberontak Suriah Kuasai Sebagian Wilayah Aleppo, Jadi Serangan Terbesar pada Pemerintah