airtronicfirearms.com

Program Trump dan Musk ke Bulan, Bakal Berhasil atau Gagal?

Sistem Peluncuran Antariksa Artemis I dan pesawat ruang angkasa Orion, sudah bersiap untuk diluncurkan.
Lihat Foto

SELAIN sama-sama kontroversial, persamaan lain Donald Trump dan Elon Musk adalah ambisi program ruang angkasa mereka.

Donald Trump adalah Presiden Amerika Serikat yang mencanangkan program pendaratan kembali manusia di Bulan.

Program yang diberi nama Artemis tersebut dimulai sejak periode pertama Trump sebagai Presiden Tahun 2016-2020.

Saat ini, Program Artemis telah menyelesaikan penerbangan perdananya pada 16 November 2022 lalu. Penerbangan kedua Program Artemis dijadwalkan akhir 2025.

Pendaratan kembali manusia di Bulan akan dilakukan pada penerbangan ketiga Program Artemis yang dijadwalkan pada 2026.

Akankah program Donald Trump tersebut berhasil?

Baca juga: Starship: Menuju Penerbangan Hypersonic Jakarta-Amsterdam di Bawah 1 Jam?

Sementara itu, Elon Musk punya ambisi yang lebih jauh dari Bulan, yaitu mendaratkan dan membangun hunian manusia di Planet Mars.

Kini Donald Trump dan Elon Musk beraliansi serta telah berhasil memenangkan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat awal November lalu.

Elon Musk telah ditunjuk untuk memimpin Departemen Efisiensi Pemerintahan (Department of Government Efficiency, DOGE).

Entah kebetulan atau bukan, perusahaan SpaceX milik Elon Musk sebelumnya telah menggunakan mata uang kripto bernama "DOGECOIN".

SpaceX juga sudah ikut serta dalam program Artemis ke Bulan yang dicanangkan oleh Trump setelah memenangkan kontrak untuk pengiriman logistik serta wahana pendarat manusia di permukaan Bulan menggunakan roket terbesar mereka, Starship.

Seperti apa kelanjutan program ke Bulan dan Mars dari Donald Trump serta Elon Musk?

Pada dasarnya, periode pertama pemerintahan Trump menjadikan program Artemis ke Bulan sebagai batu loncatan untuk berbagai program eksplorasi ruang angkasa berawak lainnya, termasuk pengiriman misi manusia ke Mars ataupun destinasi-destinasi ruang angkasa lain.

Hal itu sejalan dengan analisis banyak pakar ruang angkasa yang menilai bahwa penerbangan secara langsung ke Mars tidak efisien dan sulit untuk dilakukan secara berkelanjutan (sustainable).

Menjadikan Bulan sebagai stasiun transit sebelum menuju Mars dan berbagai planet, asteroid serta destinasi ruang angkasa lainnya dinilai akan lebih efisien dan berkelanjutan.

Ilustrasi astronot NASA dalam misi Artemis yang akan kembali ke Bulan pada tahun 2024 mendatang. Misi ke Bulan telah menarik banyak negara untuk melakukan eksplorasi di satelit alami Bumi itu.NASA Ilustrasi astronot NASA dalam misi Artemis yang akan kembali ke Bulan pada tahun 2024 mendatang. Misi ke Bulan telah menarik banyak negara untuk melakukan eksplorasi di satelit alami Bumi itu.
Percepatan gravitasi rata-rata di permukaan Bulan yang hanya berada di kisaran 1,625 meter per detik kuadrat (jauh lebih kecil dibanding percepatan gravitasi rata-rata di permukaan Bumi yang mencapai 9,8 meter per detik kuadrat) juga membuat peluncuran menuju Mars, Asteroids, ataupun destinasi ruang angkasa lainnya dapat dilakukan dengan gaya dorong (thrust) roket yang jauh lebih kecil.

Tentu saja muncul tantangan baru untuk menyediakan berbagai infrastruktur dan logistik peluncuran roket dari Bulan. Hal tersebut menjadi salah satu tujuan dari Program Artemis ke Bulan.

Walaupun sama-sama program ruang angkasa menuju Bulan, ada sejumlah perbedaan antara Program Artemis dan Program Apollo yang telah dilaksanakan pertengahan Abad ke-20 lalu.

Perbedaan pertama adalah Apollo merupakan nama untuk keseluruhan program menuju Bulan dan juga nama untuk sejumlah wahana ruang angkasa yang digunakan untuk mengorbit dan mendarat di permukaan Bulan, yaitu Apollo CSM (Command and Service Module) serta Apollo LM (Lunar Module).

Sementara itu, Artemis merupakan nama untuk keseluruhan program menuju Bulan dan tidak digunakan sebagai nama salah satu wahana ruang angkasa apapun dalam program tersebut.

Baca juga: Antonov-225 Mriya: Pesawat Terbesar Sepanjang Sejarah

Misalnya saja wahana untuk mengorbit dan mendarat di permukaan Bulan dalam Program Artemis diberi nama "Orion", "Lunar Gateway" dan "Starship Human Landing System". Tidak ada di antara wahana tersebut yang menggunakan nama Artemis.

Nama Apollo maupun Artemis sama-sama diambil dari Mitologi Yunani. Apollo merupakan Dewa Pengetahuan, Seni dan personifikasi dari Matahari.

Sementara itu, Artemis merupakan saudara kembar perempuan dari Apollo sekaligus juga merupakan Dewi Penyembuhan, Lingkungan Hidup dan personifikasi dari Bulan.

Perbedaan kedua adalah Program Apollo merupakan program untuk mendaratkan manusia di Permukaan Bulan selama beberapa jam sampai beberapa hari, melakukan percobaan ilmiah di sana, mengambil sampel tanah dan bebatuan di Bulan, lalu kembali ke Bumi.

Sementara itu, Program Artemis dirancang untuk melampaui Program Apollo dalam bentuk pembangunan Stasiun Ruang Angkasa Permanen di Orbit dan Permukaan Bulan.

Stasiun ruang angkasa permanen di Orbit dan Permukaan Bulan tersebut akan dijadikan sebagai stasiun transit dalam penjelajahan ruang angkasa berikutnya ke Planet Mars, Asteroids serta berbagai destinasi ruang angkasa lainnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat