Alasan Rusia Tak Ingin Gencatan Senjata dengan Ukraina Saat Ini
MOSKWA, - Alasan Rusia tak ingin gencatan senjata dengan Ukraina saat ini adalah karena yakin hal itu hanya akan dimanfaatkan Barat untuk memasok kembali senjata ke Kyiv.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Senin (2/12/2024) menuduh negara-negara Barat menginginkan gencatan senjata di Ukraina agar mereka dapat mempersenjatai Kyiv dengan senjata canggih.
Pembicaraan mengenai negosiasi gencatan senjata Rusia-Ukraina atau kesepakatan damai dalam konflik yang telah berlangsung selama tiga tahun ini telah mengemuka setelah kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS 2024.
Baca juga: Kata Rusia Setelah Bantu Suriah Hadapi Pemberontak di Aleppo, Idlib, dan Hama
"Barat mulai membicarakan gencatan senjata sebagai cara untuk memberi Ukraina jeda, dan memberi mereka kesempatan untuk sekali lagi memompa Ukraina dengan senjata-senjata jarak jauh modern,” kata Lavrov dalam sebuah pertemuan di Moskwa dengan Menlu Hongaria, Peter Szijjarto.
“Ini, tentu saja, bukanlah jalan menuju perdamaian,” tambahnya, sebagaimana dikutip dari AFP.
Lavrov berbicara ketika Kanselir Jerman Olaf Scholz melakukan kunjungan mendadak ke Ibu Kota Ukraina, Kyiv, di mana ia mengadakan pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Scholz menjadi pemimpin besar Barat pertama yang mengadakan pembicaraan langsung dengan Presiden Rusia Putin dalam lebih dari satu tahun terakhir pada bulan lalu.
Dalam kesempatan itu, ia mendesak Kremlin untuk terbuka untuk mencapai kesepakatan dengan Kyiv.
Putin sendiri telah secara terbuka menuntut agar Ukraina menyerahkan sebagian besar wilayahnya di bagian timur dan selatan sebagai prasyarat untuk menghentikan pertempuran.
Sedangkan Zelensky telah berulang kali mengesampingkan penyerahan wilayah untuk perdamaian selama konflik.
Baca juga: Presiden Filipina Khawatir Kapal Selam Rusia Ada di Lepas Pantainya
Ia pun mengatakan pada Minggu, bahwa negaranya membutuhkan jaminan keamanan dari NATO dan lebih banyak senjata untuk mempertahankan diri sebelum melakukan pembicaraan dengan Rusia.
Terkini Lainnya
- Jelang Pelantikan Donald Trump, Pagar Sepanjang 48 Km Didirikan di Washington DC
- Gunung Api Terbesar Kedua di Islandia Akan Meletus, Terjadi 130 Gempa Bumi
- Lakukan Pemotretan di Kedalaman 49,7 Meter di Bawah Air, Fotografer dan Model Pecahkan Rekor
- Angkatan Laut Taiwan Tegaskan Siap Lindungi Kabel Laut jika Dibutuhkan
- TikTok Disebut Siap Tutup Operasional di AS pada Minggu
- Biden Peringatkan Bahaya Oligarki yang Ancam Demokrasi AS
- Bintang Bollywood Saif Ali Khan Ditikam dalam Perampokan di Rumahnya
- Dubes AS untuk Israel: Kerja Sama Biden-Trump Dorong Gencatan Senjata Gaza
- Belgia: Jangan Makan Pohon Natal
- Aplikasi Alternatif Pengganti TikTok Xiaohongshu Semakin Populer di AS
- TikTok Akan Tutup Total di AS pada 19 Januari
- Wali Kota LA Karen Bass Pesta di Ghana Saat Kebakaran Los Angeles Bermula
- Apa Saja Rincian Kesepakatan Gencatan Senjata dan Pembebasan Sandera antara Hamas dan Israel?
- Munas Akhiri Dualisme Kadin, Ini Kata Arsjad Rasjid
- Shin Tae-yong Buka-bukaan Usai Dipecat PSSI, Janji Akan Sering Datang ke Indonesia
- Pekerja Seks di Belgia Dapat Uang Pensiun, Asuransi Kesehatan, dan Cuti
- Menteri Israel Ben-Gvir Larang Masjid Kumandangkan Azan, Tuai Kecaman
- Saat Beruang Sambangi Supermarket di Jepang, Menginap, Obrak-abrik Daging, dan Akan Ditembak Mati...
- Penyebab Kerusuhan Suporter Sepak Bola di Guinea yang Terkonfirmasi Tewaskan 56 Orang
- Turkiye Klaim Bunuh Komandan Kurdi di Suriah