airtronicfirearms.com

Kisah Masana Izawa, "Poop Master" Jepang yang BAB di Hutan untuk Suburkan Alam

Masana Izawa, 'poop master' di Jepang, saat difoto di hutan Sakuragawa, Prefektur Ibaraki, Jepang, 10 Oktober 2024.
Lihat Foto

SAKURAGAWA, - Di hutan Jepang, di antara pepohonan yang menjulang tinggi dan keheningan alam, Masana Izawa menjalani rutinitas sama selama lebih dari 50 tahun.

Ketika panggilan alam untuk buang air besar (BAB) datang, ia melepas celana dan melakukan apa yang biasa dilakukan beruang.

Dalam pandangannya, buang air besar di alam adalah tindakan untuk mengembalikan kehidupan.

Baca juga: Mobil Tercebur Sungai di Bantul, Sopir Lupa Tarik Rem Tangan karena Kebelet BAB

"Kita bertahan hidup dengan memakan makhluk hidup lainnya. Anda bisa mengembalikan feses ke alam agar organisme di dalam tanah menguraikannya," ungkap pria berusia 74 tahun itu penuh semangat, dikutip dari kantor berita AFP pada Jumat (10/1/2025).

Sebagai Fundo-shi atau ahli tanah dari kotoran, Izawa cukup terkenal di Jepang. Dia tidak hanya menerbitkan buku dan berceramah, tetapi juga tampil di film dokumenter.

Di tempat yang ia sebut Fundo-an atau Poopland di Sakuragawa, utara Tokyo, pengunjung berbondong-bondong belajar dari Izawa.

Terkadang, puluhan orang datang dalam sebulan untuk mencari penjelasan tentang praktik BAB ramah lingkungan.

Di hutan seluas 7.000 meter persegi yang ia miliki—seukuran lapangan sepak bola—pengunjung diajari teknik buang air besar di alam.

Izawa menjelaskan praktik yang dalam bahasa Jepang dikenal sebagai noguso.

"Saya harus menggali lubang, menyediakan satu atau dua lembar daun untuk mengelap, sebotol air untuk cebok, dan ranting untuk menandai tempat tersebut."

"Ranting-ranting itu membantu saya agar tidak menggunakan tempat yang sama dua kali," ujarnya.

Baca juga: Masinis Shinkansen Ditindak karena Lepaskan Kendali untuk BAB 3 Menit

Awal mula menjadi poop master

Ilustrasi hutanUnsplash/Gagandeep Singh Ilustrasi hutan
Sebelum menjadi poop master, Izawa adalah fotografer alam yang berfokus pada jamur.

Inspirasi mengenai pentingnya kotoran muncul ketika ia berusia 20 tahun, saat menyaksikan unjuk rasa terhadap pembangunan pabrik pembuangan limbah.

"Kita semua menghasilkan tinja, tetapi (para demonstran) menginginkan pabrik pengolahan berada di tempat yang jauh dan tidak terlihat," jelasnya.

"Orang-orang yang percaya mereka benar, membuat argumen yang sangat egosentris."

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat