Dieng Caldera Race 2024: Petualangan Lari dan Mendaki yang Tak Terlupakan bagi Pelari Perempuan
Parapuan.co - Trail run atau lari trail, dalam beberapa tahun terakhir, telah menjadi salah satu olahraga yang semakin populer di Indonesia.
Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah orang yang menggemari lari trail, bahkan hingga mengikuti berbagai kompetisi bergengsi.
Berbeda dengan lari biasa, trail run memadukan aktivitas lari dengan kemampuan mendaki gunung.
Para pelari trail dihadapkan pada medan yang lebih menantang dan sulit dilalui dibandingkan jalan biasa, sehingga membutuhkan kemampuan fisik dan teknik yang lebih mumpuni.
Meskipun terkesan lebih sulit, trail run tetap menarik banyak peminat, termasuk para pelari perempuan.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya partisipasi pelari perempuan di ajang Dieng Caldera Race 2024.
Melansir dari PARAPUAN, Dieng Caldera Race adalah ajang sport tourism yang mengajak para pelari trail untuk bisa berkompetisi sambil menikmati pemandangan alam Dieng yang menawan.
Ada empat kategori yang diperlombakan di ajang Dieng Caldera Race 2024, mulai dari 75 KM, 42 KM, 21 KM dan Fun Trail 10 KM, yang diikuti oleh para trail runner dari Indonesia hingga mancanegara.
Menariknya lagi, dari total 800-an peserta, 25 persennya adalah pelari perempuan.
Baca Juga: Dieng Caldera Race 2024, Kompetisi Trail Run dengan Pesona Alam Wonosobo yang Indah
Jumlah partisipan perempuan ini pun bertambah dari perhelatan Dieng Caldera Race yang diadakan pada tahun lalu.
Pengalaman Para Pemenang
Bagi pelari perempuan, mengikuti kompetisi trail run dengan medan yang menanjak tentu menghadirkan tantangan yang tak bisa dianggap remeh.
Misalnya saja seperti yang dialami oleh Henny Sutanda, pelari perempuan pemenang Dieng Caldera Race 2024 kategori 75 KM.
Menurutnya, jalur Dieng Caldera Race 2024 ini agak berbeda dengan kompetisi trail run yang pernah diikuti sebelumnya.
"Kalau (kompetisi) Mantra116, kita summit langsung tinggi, enggak rolling (naik turun). Kalau Dieng Caldera Race ini lebih rolling," tuturnya.
Karena medannya yang menuntut untuk naik turun, diakui Henny Dieng Caldera Race menguras energinya.
"Karena rolling (naik turun), kakinya kalau sudah turun sudah enak, eh naik lagi, turun lagi. Yang terakhir di Gunung Kembang, itu di kilometer ke-60, itu udah capek banget. Di situ udah banyak jatuh-jatuhnya," cerita Henny yang mengaku kakinya sempat terasa sangat sakit menjelang garis finish.
Kendati berat, namun nyatanya Henny berhasil menjadi yang pertama di antara pelari perempuan lainnya di kategori 75KM, dengan memakan waktu 13 jam dari total cut-off time 24 jam.
Baca Juga: Jadi Atlet Trail Runner, Ini Pelajaran Hidup yang Didapat Septiana Nia Swastika
Henny juga mengakui bahwa dengan mengikuti Dieng Caldera Race 2024 memberikan keistimewaan tersendiri.
"Saya pribadi memang sering lari road, yang lebih cepat-cepatan saja. Tapi kalau lari trail lebih dibutuhkan teknik untuk down hill, up hill, dan endurance-nya lebih dibutuhkan dibandingkan (lari) road. Jadi lebih menantang dan seru, enggak cuman lari gitu saja," cerita Henny.
Pengalaman menyenangkan trail run di Dieng Caldera Race juga dirasakan oleh Yuni Noor Hayati, pelari perempuan pemenang Dieng Caldera Race 2024 kategori 42 KM.
Menurutnya, mengikuti ajang kompetisi olahraga ini bukan sekadar lomba olahraga saja, tapi juga bisa menikmati pemandangan alam sekitar Dieng yang indah.
"Jadi sambil capek-capek tapi tetap bisa nikmatin pemandangan alam Dieng yang indah," tutur Yuni.
Dari kompetisi Dieng Caldera Race pula pelari perempuan asal Solo ini belajar untuk mengelola energinya dengan benar.
Bukannya tanpa alasan, medan yang sulit membuatnya harus bisa memiliki endurance yang lebih kuat dibandingkan ketika ia berlari di jalanan biasa.
"Sudah pasti lebih capek. Tapi justru itu, jadi harus lebih sabar ngelola energi," tambahny.
Lebih dari itu ia juga menambahkan bahwa melalui kompetisi ini mengajarkannya bahwa trail run bukan hanya soal fisik yang prima, tapi juga mental yang kuat.
"Kuncinya mental sih. Karena kan capek banget, susah. Kalau mentalnya enggak kuat, bisa berenti di tengah jalan," imbuhnya lagi.
(*)
Baca Juga: Pelari Perempuan Rentan Alami Catcalling, Ini Cara Ulfa Silviana Menghadapinya
Terkini Lainnya
- Simak, Begini Cara Top Up Diamond Free Fire Agar Bisa Bermain dengan Item Premium
- Maskulinitas: Penghambat atau Pendorong Pemberdayaan Perempuan?
- Berencana Mengembangkan Dana dengan Trading Forex? Platform Fortuno Markets Bisa Digunakan
- INKOMPASS Innovation Challenge 2024 Sukses Wadahi Beragam Ide Inovatif dari Anak Muda
- Ingin Pindah Indekos di Tahun Baru? Ini 4 Rekomendasi Cove di Jakarta
- Sering Diabaikan, Ini 4 Kesalahan Menata Aksesori Kamar Mandi
- Beredar Modus Penipuan Lewat Program Komisi YAPN, Ketua YAPN Akan Ambil Langkah Hukum
- Pergi ke Hong Kong Disneyland, Ini 10 Atraksi Seru yang Wajib Dicoba
- Ini 8 Alasan Cimanggis Golf Estate Jadi Kawasan Hunian Premium dan Strategis
- ASUS Zenbook S 14 OLED: Laptop Tipis dengan Audio Visual Jempolan
- ASUS Sediakan Berbagai Tipe Laptop dengan Portabilitas Tinggi bagi Profesional Muda
- Yuk, Jelajahi 7 Tempat Seru di Ancol untuk Liburan Akhir Tahun
- Kontrol Diabetes dengan Mengonsumsi Kongbap, Campuran Nasi yang Sehat dan Lezat
- Marimas, Minuman Serbuk Buah yang Tetap Hits dan Kiprahnya di Era Modern
- Cocok Gantikan Elpiji, Ini 5 Kelebihan Gas PGN untuk Rumah Tangga
- Ingin Laptop Tipis, Mewah, dan Fungsional? Intip Nih ASUS Zenbook S 14 OLED UX5406
- Stop Mom Shaming, Semua Perjuangan Ibu Layak Dihargai
- Lelah dengan Rutinitas? Yuk, Manjakan Diri di BAIK for Female (BFF)
- Serunya Naik Kapal Pesiar Disney Cruise Singapore, Catat Untuk Liburan Selanjutnya!
- Fitur dan Keunggulan Google Workspace, Platform untuk Tingkatkan Produktivitas dan Kerja Tim
- Mamayo Meriahkan SIAL Interfood 2024 dengan Kolaborasi Bersama Salad Nyoo
- IRT Paling Rentan Mengidap HIV/AIDS, Bagaimana Cara Mencegahnya?
- Bersama OJK Membangun Sektor Keuangan yang Kuat untuk Masa Depan Indonesia
- Yuk, Kunjungi 5 Tempat Wisata Terbaik di Hokkaido Ini dengan Promo Traveloka 12.12!
- 3 Langkah Jadi Perempuan Mandiri dengan Gaya Hidup Minimalis