Bisakah Burung Berpura-pura Terluka untuk Tipu Predator?
- Ada beberapa trik yang dimiliki oleh burung untuk mempertahankan diri dari predator.
Mereka bisa terbang, menyerang predator dengan cakar atau paruhnya yang mematikan, atau berkamuflase.
Baca juga: Burung Unta Punya Mata Terbesar di Antara Semua Hewan Darat
Tapi selain itu, ternyata beberapa burung memiliki kemampuan tidak biasa untuk lolos dari predator. Ini mereka lakukan dengan cara menipu para pemangsa tersebut.
Mengutip Science ABC, burung-burung tersebut dengan cerdik menggunakan tipu muslihat palsu dan berpura-pura cedera.
Salah satu burung yang menggunakan trik ini adalah burung Killdeer. Untuk mengakali predator yang hendak memangsanya, killder berpura-pura memiliki sayap yang patah.
Mereka melakukan trik itu supaya anak-anak mereka terbebas dari bahaya predator.
Saat melihat pemangsa, killdeer mulai menjauh dari sarangnya, bersuara nyaring sambil menyeret ekor serta sayapnya, seolah-olah terluka.
Perilaku ini terus berlangsung sampai burung merasa terasa berhasil menipu pemangsa.
Oystercatcher adalah spesies burung lain yang dikenal suka berpura-pura terluka.
Mereka mengeluarkan panggilan darurat dan bergerak cukup jauh dari lokasi sarangnya supaya mengikutinya yang berpura-pura terluka.
Saat cukup jauh dan pemangsa itu kehilangan jejak sarang burung, Oystercatcher akan berhenti berpura-pura terluka dan terbang menjauh.
Baca juga: Pasangannya Menghilang, Burung Liar Tertua di Dunia Dilaporkan Berpacaran Lagi
Mengapa pilih pura-pura cedera?
Ahli burung dan perilaku hewan telah lama bertanya-tanya mengapa burung berpura-pura terluka.
Berdasarkan pengamatan lebih lanjut dan penelitian yang lebih luas, ilmuwan melaporkan setidaknya sekitar 300 spesies burung melakukan taktik tersebut.
Peneliti menganalisis enam belas ciri berbeda dari spesies burung yang menunjukkan perilaku tersebut, termasuk ukuran tubuh, garis lintang berkembang biak, dan strategi penyembunyian sarang.
Dari perbandingan fitur-fitur ini, muncul sebuah pola. Spesies yang bersarang di lintang yang lebih tinggi lebih mungkin menunjukkan perilaku sayap patah dibandingkan spesies yang tinggal di daerah tropis.
Terkini Lainnya
- Apakah Penampakan UFO Sudah Dilaporkan Sebelum Abad ke-20?
- Sebuah Asteroid akan Melayang Bersama Bumi untuk Sementara
- Kucing Terkecil di Dunia Hidup di China 300.000 Tahun Lalu
- Edwin Hubble dan Kisah Penemuan Alam Semesta Luas
- Deretan Mutiara Kosmis Ditemukan di Alam Semesta
- Mengalahkan Ular Berbisa Lewat Produksi Antivenom Rancangan AI
- Diluncuran, Misi Blue Ghost NASA Menandai Eksplorasi Bulan
- Mengapa Beberapa Hewan Tampak Berduka Saat Ditinggal Mati?
- Solar Orbiter Ungkap Wajah Matahari dengan Detail yang Belum Pernah Ada
- Survei Temukan Lebih Banyak Lubang Hitam Supermasif Tersembunyi
- Lemak Coklat: Rahasia Menurunkan Berat Badan dan Hidup Lebih Lama
- Hewan Apa yang Memiliki Telinga Terbesar di Dunia?
- Apakah Alien Benar Ada? Ini Pandangan Ilmiah Tentang Kehidupan Asing
- Rahang Tupai Merah Berubah Bentuk Karena Ulah Manusia
- Kutu Laut Raksasa Darth Vader Ditemukan di Laut Cina Selatan
- Prabowo: Menjadi Presiden Itu Tidak Mudah, Tak Boleh Sakit
- Sherina Munaf Gugat Cerai Baskara Mahendra
- Hewan Apa yang Punya Otak Terbesar di Dunia?
- Makanan Ultra Proses Membahayakan Tubuh dan Otak, Apa Maksudnya?
- Para Ilmuwan Pecahkan Misteri Lubang di Laut Es Antartika
- Perubahan Iklim Sebabkan Sarang Lebah Rusak, Kok Bisa?
- Bak Manusia, Orangutan Dapat Manfaatkan Tanaman sebagai Obat