Wabah Misterius Akibatkan Bulu Babi di Dunia Nyaris Punah
- Sebuah studi baru menunjukkan wabah bulu babi yang misterius telah menyebar ke seluruh dunia.
Hal tersebut mengkibatkan hampir punahnya mahluk itu di beberapa daerah serta mengancam ekosistem terumbu karang yang rentan.
Baca juga: Fosil Duri Bulu Babi Ungkap Kondisi Laut Dalam 100 Juta Tahun Lalu
Dikutip dari Independent, Senin (3/5/2024), studi tersebut menemukan bahwa populalsi dua spesies bulu babi yaitu Diadema setosum yang memiliki duri panjang dan Echinothrix calamaris mungkin telah musnah seluruhnya di beberapa bagian Teluk Aqaba, Laut Merah, Teluk Oman, dan Samudra Hindia Bagian Barat.
Kematian tersebut disebabkan oleh mikroorganisme bersel tunggal berbentuk telur yang mengkibatkan bulu babi kehilangan duri, mengalami kerusakan jaringan, dan akhirnya mati hanya dalam waktu dua hari.
Ahli biologi kelautan Universitas Tel Aviv dan penulis utama studi tersebut, Dr Omri Bronstein, mengatakan menyaksikan kematian massal tersebut merupakan hal yang memilukan.
Jika masih hidup, bulu babi yang terkena penyakit ini berwarna hitam pekat dengan duri yang sangat panjang dan tajam.
Namun, ketika mati, mereka kehilangan tulang belakang dan jaringannya, memperlihatkan kerangka yang seluruhnya putih dan halus.
“Mereka hampir terlihat seperti karang yang memutih tetapi lebih parah karena durinya juga hilang. Bayangkan melihat manusia tanpa rambut dengan kerangka bagian dalam terbuka. Ini pemandangan yang sulit,” kata Bronstein.
Salah satu kematian massal bulu babi yang paling terkenal terjadi di Laut Karibia pada tahun 1983, yang menimpa spesies bulu babi berduri hitam yang disebut Diadema antillarum.
Baca juga: Massa Mikroba yang Berputar-Putar di Laut Baltik Sebabkan Zona Mati
Pada saat itu, para ilmuwan tidak dapat mengidentifikasi penyebab peristiwa tersebut karena keterbatasan teknologi.
Hampir empat dekade kemudian, peristiwa kematian massal lainnya dari spesies yang sama terjadi di Laut Karibia pada tahun 2022.
Awalnya, para peneliti tidak dapat menemukan jejak infeksi bakteri atau virus pada makhluk tersebut, namun akhirnya mengidentifikasi mikroorganisme di balik penyakit tersebut.
Setelah kematian massal di Karibia, kematian massal pertama Diadema setosum, spesies yang berkerabat dengan Diadema antillarum, dilaporkan terjadi di Laut Mediterania bagian timur pada tahun 2023, dengan patogen yang sama ditemukan sebagai penyebabnya.
Kini mikroorganisme penyebab penyakit telah menyebar ke berbagai wilayah di Timur Tengah.
Peneliti pun meminta pemantauan segera dan tindakan konservasi untuk melindung bulu babi ini.
Terkini Lainnya
- Hilirisasi Ekonomi Biru untuk Masyarakat
- Kisah Fadel Noorandi, Penyintas Talasemia yang Berhasil Finish Singapore Marathon 2024
- Gewang: Potensi Lokal yang Menyelamatkan Nusa Tenggara Timur
- Peran Strategis Humas Pemerintah dalam Mendukung Kepemimpinan Prabowo-Gibran
- Ancaman Nyata untuk Nepenthes rigidifolia, Ini Faktanya
- Siapa Penutur Pertama Bahasa Inggris?
- Masih Adakah Partai Politik?
- Di Balik Layar Perubahan: Peran Krusial Humas Pemerintah
- Cendana Aceh dan NTT Berkerabatkah?
- Apakah Virus Sudah Ada di Bumi Sebelum Sel?
- Bagaimana Cara Sinar Matahari Bantu Tubuh Produksi Vitamin D?
- Pertautan Idiom, Globalisasi, dan Kekuasaan
- Kenapa Uban Makin Banyak Seiring Bertambah Tua?
- Tak Ada Alasan Astronomi, Kenapa Ada 7 Hari dalam Seminggu?
- Terbang di Langit, Mengapa Pesawat Tidak Tersambar Petir?
- Harta Senilai Rp 600 Juta Hilang Dicuri, Adrian Maulana: Saya Kumpulkan Belasan Tahun, Hilang 28 Menit
- Sempat Kalah Hasil Quick Count, Ramzi Menang Pilkada Cianjur 2024 Hasil Rekapitulasi KPU
- Kondisi Langka, Wanita Ini Tampak Mabuk meski Tak Minum Alkohol
- China Berhasil Mendaratkan Wahana di Sisi Jauh Bulan
- Adaptasi Ikan Killfish Bertahan di Kekeringan Berbulan-bulan
- Kenapa Hewan Punya Kelopak Mata Ketiga?
- 50 Persen Padang Rumput Dunia Hilang, Apa Dampaknya?