Menggagas Satelit Konstelasi Pemantau Bumi Nusantara
Oleh: Wahyudi Hasbi*
INDONESIA dengan lebih dari 17.000 pulau yang tersebar di sepanjang garis khatulistiwa memiliki posisi yang sangat strategis dalam kancah geopolitik dan ekonomi global.
Namun, posisi strategis ini juga membawa tantangan yang kompleks, terutama dalam mengelola berbagai sektor yang sangat bergantung pada kondisi geografis dan demografis.
Baca juga: Ada Berapa Satelit yang Saat Ini Mengorbit Bumi?
Dalam menghadapi tantangan tersebut, teknologi antariksa, terutama satelit menawarkan peluang besar yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat posisi Indonesia di panggung global.
Ekonomi antariksa global saat ini sedang mengalami pertumbuhan pesat.
Menurut laporan terbaru dari World Economic Forum dan McKinsey pada April 2024, ekonomi antariksa diproyeksikan akan mencapai nilai sebesar 1,8 triliun Dollar AS pada tahun 2035, naik dari 630 miliar Dollar AS pada tahun 2023.
Pertumbuhan tahunan yang diperkirakan mencapai 9 persen ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan teknologi komunikasi berbasis satelit, penginderaan jauh, serta layanan navigasi.
Dalam lanskap ekonomi global yang semakin terhubung, Indonesia memiliki peluang besar untuk memainkan peran penting dalam pertumbuhan ini.
Teknologi satelit memberikan solusi signifikan bagi Indonesia dalam mengatasi tantangan geografis dan demografisnya.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia menghadapi kesulitan dalam menghubungkan wilayah-wilayah terpencil dan memantau secara efektif sumber daya alam yang tersebar luas.
Baca juga: Pertama Kali di Dunia, Jepang Buat Satelit dari Kayu
Di sinilah peran teknologi satelit, khususnya penginderaan jauh, menjadi sangat vital.
Penginderaan jauh melalui satelit di Indonesia selama ini, dioptimalkan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi di berbagai sektor strategis seperti kehutanan, pertambangan, pertanian, perikanan, mitigasi bencana, bahkan penegakan hukum dan keamanan.
Dalam konteks pertanian, teknologi penginderaan jauh memungkinkan pemantauan kondisi lahan dan tanaman secara near real-time.
Data yang dihasilkan digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan air irigasi, menentukan waktu pemupukan yang tepat, serta mengidentifikasi potensi penyakit tanaman lebih awal.
Dengan demikian, teknologi ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan pertanian di Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Di sektor perikanan, teknologi satelit memungkinkan pemantauan aktivitas penangkapan ikan ilegal yang sering kali sulit dideteksi dengan cara konvensional.
Selain itu, teknologi ini juga membantu dalam pemetaan zona tangkapan ikan yang lebih efisien dan berkelanjutan, yang pada gilirannya akan mendukung kesejahteraan nelayan lokal dan menjaga kelestarian sumber daya laut.
Sektor pertambangan juga mendapat manfaat signifikan dari teknologi penginderaan jauh. Satelit dapat digunakan untuk memetakan kandungan mineral di berbagai wilayah yang sulit dijangkau, serta memantau aktivitas pertambangan secara near real-time.
Teknologi ini membantu memastikan bahwa operasi pertambangan dilakukan secara efisien dan sesuai dengan regulasi lingkungan.
Pemantauan yang akurat juga memungkinkan deteksi dini terhadap potensi kerusakan lingkungan, sehingga langkah-langkah mitigasi dapat segera diambil.
Baca juga: Satelit yang Hilang Ditemukan Setelah 25 Tahun
Mitigasi bencana adalah sektor lain yang sangat diuntungkan oleh teknologi satelit. Sebagai negara yang rawan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi, Indonesia memerlukan sistem pemantauan yang cepat dan andal.
Data real-time dari satelit memungkinkan pemerintah dan otoritas terkait untuk merespon cepat dan efektif ketika bencana terjadi, sehingga meminimalkan dampak buruk terhadap masyarakat dan infrastruktur.
Pengalaman Indonesia dalam penggunaan teknologi satelit penginderaan jauh telah dilakukan sejak beberapa dekade lalu.
Terkini Lainnya
- Bukan Kamuflase, Faktanya Bunglon Ubah Warna Kulit Sesuai "Mood"
- Benarkah Anjing Tidak Suka Berpergian?
- Produk Kemasan Saset: Untung atau Buntung?
- Kisah Tragis Penelope, Hiu Hamil yang Dimangsa Hiu Lebih Besar
- Menggagas Satelit Konstelasi Pemantau Bumi Nusantara
- Menjaga Sinergi untuk Ketahanan Pangan Nasional
- Bagaimana Adik Bayi Dibuat?
- Kisah Pencurian Mona Lisa 113 Tahun Lalu yang Membuatnya Dikenal Dunia
- 5 Obat Herbal Asam Urat yang Bisa Dicoba di Rumah
- Rahasia Hidup Jeanne Calment, Orang Tertua di Dunia Sepanjang Sejarah
- Kisah Whale 52, Hewan Paling Kesepian di Dunia yang Mengugah Hati
- Kok Inti Bumi Tetap Sepanas Permukaan Matahari Selama Miliaran Tahun?
- Kompleksitas Migrasi Pada Milenial
- Terminal Lucidity, Fenomena "Kesembuhan" Ajaib Sesaat Sebelum Ajal
- Membantah Teori dengan Akal Sederhana
- Sosok Ryan Wesley Routh, Pria yang Hendak Tembak Donald Trump di Lapangan Golf
- 30 Ucapan untuk Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H
- Kisah Pencurian Mona Lisa 113 Tahun Lalu yang Membuatnya Dikenal Dunia
- 5 Obat Herbal Asam Urat yang Bisa Dicoba di Rumah
- Rahasia Hidup Jeanne Calment, Orang Tertua di Dunia Sepanjang Sejarah
- Kisah Whale 52, Hewan Paling Kesepian di Dunia yang Mengugah Hati
- Menjaga Sinergi untuk Ketahanan Pangan Nasional