Gewang: Potensi Lokal yang Menyelamatkan Nusa Tenggara Timur
Oleh: Dr. Kurnia Wiji Prasetiyo dan Prof. Subyakto
ANOMALI cuaca yang melanda Indonesia pada tahun 2024 membuat ketidaknyamanan dalam kehidupan masyarakat.
Pertengahan tahun 2024 yang seharusnya memasuki musim kemarau namun malah terjadi hujan besar bahkan banjir dan tanah longsor di beberapa wilayah Indonesia.
Menurut pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indonesia berpotensi mengalami bencana hidrometeorologi berupa kekeringan dan banjir secara bersamaan saat musim kemarau 2024.
Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang diakibatkan oleh aktivitas cuaca, seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembaban.
Salah satu daerah yang kerap dilanda kekeringan adalah Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kemarau panjang yang sering melanda NTT mengakibatkan terjadinya kekeringan dan gagal panen yang berimbas pada ancaman kerawanan bencana kelaparan.
Secara alami wilayah NTT memang identik dengan kekeringan, gersang dan curah hujan rendah sehingga mempengaruhi produksi pertaniannya yang belum bisa mencukupi kebutuhan lokal.
Luas lahan yang memungkinkan ditanami padi amat terbatas dan rendah produktivitasnya. Mengingat kondisi tersebut yang potensial menimbulkan kerawanan pangan maka perlu adanya usaha pemberdayaan sumber daya lokal.
Secara administrasi Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari 21 kabupaten dan 1 kota dengan jumlah penduduk sekitar 5,6 juta jiwa.
Lebih dari 80 persen masyarakatnya bergantung pada sektor pertanian khususnya lahan yang tersebar di pulau-pulau besar seperti Flores, Sumba dan Timor serta beberapa pulau berukuran sedang seperti Alor, Solor, Adonara dan Sawu.
Pola pertanian penduduk NTT sangat bergantung pada hujan mengingat kondisi alamnya yang memang kering dan kecil curah hujannya.
Walaupun sebagai daerah dengan latar belakang iklim dan lahan kering dimana sedikit keragaman jenis tumbuhan yang digunakan untuk penyuplai kebutuhan hidup masyarakat, bumi kering yang terkenal akan hewan komodonya ini ternyata masih memiliki beberapa jenis tumbuhan yang potensial dikembangkan sebagai bahan komoditi bernilai ekonomi tinggi yang mampu mendukung kehidupan masyarakat lokal.
Salah satu tumbuhan potensial itu adalah Gewang.
Gewang (Corypha utan Lamk.) atau tune dalam bahasa lokal NTT merupakan sejenis palem yang banyak tumbuh di savanna NTT.
Kedudukan jenis tumbuhan ini begitu penting bagi masyarakat lokal di NTT.
Meskipun tumbuh liar di kawasan savanna namun potensinya yang cukup besar telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat setempat yang didasari dengan kearifan lokal.
Tak salah apabila “emas hijau” yang punya banyak kegunaan ini menarik minat beberapa peneliti untuk mengembangkannya. Beberapa laporan mengenai penelitian gewang cukup intensif dalam status liarnya oleh masyarakat NTT.
Terkini Lainnya
- Hilirisasi Ekonomi Biru untuk Masyarakat
- Kisah Fadel Noorandi, Penyintas Talasemia yang Berhasil Finish Singapore Marathon 2024
- Gewang: Potensi Lokal yang Menyelamatkan Nusa Tenggara Timur
- Peran Strategis Humas Pemerintah dalam Mendukung Kepemimpinan Prabowo-Gibran
- Ancaman Nyata untuk Nepenthes rigidifolia, Ini Faktanya
- Siapa Penutur Pertama Bahasa Inggris?
- Masih Adakah Partai Politik?
- Di Balik Layar Perubahan: Peran Krusial Humas Pemerintah
- Cendana Aceh dan NTT Berkerabatkah?
- Apakah Virus Sudah Ada di Bumi Sebelum Sel?
- Bagaimana Cara Sinar Matahari Bantu Tubuh Produksi Vitamin D?
- Pertautan Idiom, Globalisasi, dan Kekuasaan
- Kenapa Uban Makin Banyak Seiring Bertambah Tua?
- Tak Ada Alasan Astronomi, Kenapa Ada 7 Hari dalam Seminggu?
- Terbang di Langit, Mengapa Pesawat Tidak Tersambar Petir?
- Peran Strategis Humas Pemerintah dalam Mendukung Kepemimpinan Prabowo-Gibran
- Ancaman Nyata untuk Nepenthes rigidifolia, Ini Faktanya
- Tim PKM-KKN UNJ Buat KMS Online untuk Pantau Tumbuh Kembang Anak di Mana Saja
- Teknologi Peremajaan Kulit ala Korea Terbaru Hadir di Indonesia
- Masih Adakah Partai Politik?