Mengapa Kelelawar Tidak Bisa Berjalan Seperti Burung?
- Kelelawar dan burung adalah dua kelompok makhluk terbang yang menarik untuk dipelajari. Namun, evolusi mereka menunjukkan perbedaan mencolok yang memengaruhi kemampuan mereka beradaptasi di berbagai lingkungan.
Penelitian terbaru mengungkap bahwa sayap dan kaki kelelawar berevolusi secara bersamaan, berbeda dengan burung yang anggota tubuhnya berevolusi secara independen.
Kelelawar memiliki kemampuan istimewa, seperti memanjat tubuh hewan mamalia untuk menghisap darah, menangkap serangga sembari terbang, atau melayang untuk menghisap nektar bunga tropis. Setiap perilaku ini memanfaatkan desain sayap yang unik.
Namun, pernahkah Anda berpikir mengapa tidak ada kelelawar yang tidak bisa terbang, seperti burung unta yang berjalan di daratan, atau kelelawar yang menjelajahi lautan layaknya albatros pengembara?
Jawabannya mungkin terletak pada cara evolusi mereka. Tidak seperti burung, evolusi kelelawar menunjukkan hubungan erat antara perkembangan sayap dan kaki mereka. Hubungan ini tampaknya membatasi kelelawar untuk beradaptasi pada berbagai peran ekologis yang lebih luas seperti burung.
Baca juga: Penelitian: Kelelawar Mengendarai Badai untuk Bermigrasi
Studi Struktur Tulang
Dalam penelitian ini, para ilmuwan mengukur tulang sayap dan kaki dari 111 spesies kelelawar dan 149 spesies burung. Dataset mereka mencakup sinar-X dari spesimen museum dan sekitar sepertiga dari sinar-X baru dari spesimen kelelawar yang disimpan di Museum Vertebrata Universitas Cornell.
Mereka mengamati pada kelelawar dan burung bahwa bentuk tulang di dalam sayap suatu spesies (sayap tangan, jari-jari, humerus), atau di dalam kaki suatu spesies (tulang paha dan tibia) berkorelasi – yang berarti bahwa di dalam anggota tubuh, tulang berevolusi bersama.
Namun, ketika melihat hubungan pada kaki dan sayap, hasilnya berbeda: Spesies burung menunjukkan sedikit atau bahkan tidak ada korelasi, sedangkan kelelawar menunjukkan korelasi yang kuat.
Artinya, berbeda dengan burung, tungkai depan dan belakang kelelawar tidak berevolusi secara independen: Ketika bentuk sayap berubah – misalnya bertambah atau menyusut – bentuk kakinya berubah ke arah yang sama.
Sederhananya, pada burung, bentuk tulang sayap dan kaki tidak saling memengaruhi, sedangkan pada kelelawar, perubahan pada sayap akan diikuti oleh perubahan serupa pada kaki.
Baca juga: Bagaimana Kelelawar Menentukan Arah Migrasi Tanpa Tersesat?
“Hal ini menunjukkan bahwa evolusi sayap dan kaki pada kelelawar saling terkait, sedangkan pada burung, keduanya berevolusi secara terpisah,” kata Andrew Orkney, peneliti pascadoktoral di laboratorium Brandon Hedrick, asisten profesor di Departemen Ilmu Biomedis, di Fakultas Kedokteran Hewan.
Kedua peneliti tersebut adalah penulis penelitian yang diterbitkan baru-baru ini di Nature Ecology and Evolution.
“Awalnya kami mengira bahwa evolusi kelelawar serupa dengan evolusi burung, dan sayap serta kaki mereka berevolusi secara independen satu sama lain. Namun fakta yang kami temukan sebaliknya sangatlah mengejutkan,” jelasnya.
Penemuan ini juga membuka pertanyaan tentang evolusi pterosaurus, reptil terbang purba dengan sayap membran seperti kelelawar. Pterosaurus jauh lebih beragam dibandingkan burung atau kelelawar, mencakup berbagai ukuran dari pemakan serangga kecil hingga raksasa seukuran jerapah.
“Apa yang menjadi rahasia kesuksesan evolusi pterosaurus?” tanya Orkney.
Langkah Penelitian Selanjutnya
Setelah menemukan perbedaan ini, para ilmuwan berencana mempelajari lebih lanjut evolusi kerangka burung. “Kami masih belum tahu mengapa burung mampu berevolusi dengan cara ini atau kapan fenomena ini dimulai dalam sejarah evolusi mereka,” tambah Orkney.
Penemuan ini tidak hanya memperdalam pemahaman kita tentang perbedaan evolusi antara burung dan kelelawar, tetapi juga membuka jalan untuk menjawab misteri evolusi hewan terbang lainnya.
Baca juga: Mencari Harimau Jawa, Antara Ada dan Tiada
Terkini Lainnya
- Tahun 2024 Menjadi Tahun Terpanas dalam Sejarah
- Misteri Cahaya Putih Aurora Borealis Terpecahkan
- Hewan Apa yang Memiliki Ekor Terpanjang?
- Ini Rayuan Terbaik Menurut Ilmu Pengetahuan
- Inilah Foto Close-up Pertama Sebuah Bintang di Luar Galaksi Kita
- Dinosaurus Tertua di Amerika Utara Ditemukan, Muncul Pertanyaan Baru
- Harta Karun Romawi Berusia 1.700 Tahun Ditemukan di Luksemburg
- Malam Ini, Penampakan Langka Asteroid Raksasa Bisa Dilihat dari Bumi
- Ikan Medaka Kawin hingga 19 Kali Sehari!
- Rahasia Panjang Umur: Mengurangi Kalori dan Makan di Waktu yang Tepat
- Lobster Hias Berwarna Cerah dari Indonesia Ternyata Spesies Baru
- Januari 2025, Kesempatan untuk Mengamati Planet Mars Lebih Dekat
- Terapi Latihan Fisik Disebut Efektif Mengobati Gagal Jantung
- Mengapa Kebakaran Masih Terjadi di Los Angeles pada Musim Dingin?
- Makin Banyak Puing Antariksa Jatuh dari Langit
- Aktivitas Fisik Berat dalam Waktu Singkat Terkait dengan Umur Panjang
- Ramalan Einstein Menjadi Nyata dalam Foto Teleskop Hubble
- Sexting Bukan Melulu tentang Seks, Apa Motivasi Lainnya?
- Berhenti Merasa Lelah dengan Mengatur Waktu Makan, Bisakah?
- Mana yang Lebih Baik, Olahraga Sebelum atau Sesudah Sarapan?