Kiss and Capture, Tabrakan yang Mengikat Pluto dan Charon Selamanya
- Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa Pluto dan Charon, bulan terbesarnya, terbentuk melalui mekanisme unik yang disebut “kiss and capture”. Proses ini menantang teori ilmiah tradisional tentang pembentukan benda langit.
Miliaran tahun lalu, di wilayah dingin tata surya terluar, dua planet es bertabrakan. Alih-alih hancur dalam benturan dahsyat, keduanya sementara menyatu, berputar bersama seperti manusia salju kosmik. Akhirnya, mereka terpisah, tetapi tetap saling mengorbit.
Penelitian dari Universitas Arizona ini menawarkan penjelasan baru tentang bagaimana Pluto dan Charon terbentuk, sekaligus menggugurkan teori lama.
Baca juga: Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto
Model Baru Tabrakan Kosmik
Penelitian yang dipimpin oleh Adeene Denton, peneliti pascadoktoral NASA di Laboratorium Bulan dan Planet Universitas Arizona, memaparkan mekanisme “kiss and capture” yang mengejutkan. Proses ini mengungkap peran penting kekuatan struktural es dalam pembentukan planet.
Selama beberapa dekade, para ilmuwan berteori bahwa bulan Pluto yang luar biasa besar, Charon, terbentuk melalui proses yang mirip dengan bulan Bumi – yaitu tabrakan besar yang diikuti dengan peregangan dan deformasi benda mirip cairan.
Model ini bekerja dengan baik untuk sistem Bumi-Bulan, di mana panas yang hebat dan massa yang lebih besar menyebabkan benda-benda yang bertabrakan berperilaku lebih seperti cairan. Namun, ketika diterapkan pada sistem Pluto-Charon yang lebih kecil dan lebih dingin, pendekatan ini mengabaikan faktor penting: integritas struktural batuan dan es.
“Pluto dan Charon berbeda – mereka lebih kecil, lebih dingin, dan sebagian besar terbuat dari batu dan es. Ketika kami memperhitungkan kekuatan sebenarnya dari bahan-bahan ini, kami menemukan sesuatu yang sama sekali tidak terduga,” kata Denton.
Baca juga: Bagaimana Pola Hati di Pluto Bisa Terbentuk?
Dengan menggunakan simulasi tabrakan canggih, tim menemukan bahwa Pluto dan proto-Charon sempat menyatu, membentuk objek berbentuk manusia salju yang berputar sebelum akhirnya terpisah menjadi sistem biner seperti yang kita lihat sekarang.
Sistem biner terjadi ketika dua benda langit saling mengorbit pusat massa yang sama, mirip seperti dua skater yang berputar sambil berpegangan tangan.
“Kebanyakan skenario tabrakan planet digolongkan sebagai ‘hit and run’ atau ‘graze and merge.’ Namun, kami menemukan sesuatu yang benar-benar baru: ‘kiss and capture,’ di mana kedua benda bertabrakan, saling menempel sebentar, lalu terpisah tetapi tetap terikat secara gravitasi,” jelas Denton.
Baca juga: Seperti Apa Permukaan Pluto?
Implikasi dan Penelitian Lanjutan
Penelitian ini menunjukkan bahwa Pluto dan Charon tetap utuh selama tabrakan, mempertahankan sebagian besar komposisi aslinya. Hal ini bertentangan dengan model sebelumnya yang menganggap terjadi deformasi besar.
Selain itu, gesekan pasang surut yang terjadi saat mereka berpisah menghasilkan panas internal yang signifikan. Panas ini mungkin memungkinkan Pluto memiliki lautan di bawah permukaan.
Menurut Erik Asphaug, salah satu penulis senior studi ini, “Model ini tidak hanya menjelaskan bagaimana Charon tertangkap, tetapi juga berhasil menempatkannya di orbit yang benar. Dua hal ini sekaligus terjawab dengan satu model.”
Para peneliti berencana melanjutkan studi untuk menyelidiki bagaimana kekuatan pasang surut memengaruhi evolusi awal Pluto dan Charon. Mereka juga ingin menganalisis bagaimana skenario ini berkaitan dengan fitur geologi Pluto saat ini dan apakah proses serupa dapat menjelaskan pembentukan sistem biner lainnya.
“Kami tertarik untuk memahami bagaimana konfigurasi awal ini memengaruhi evolusi geologi Pluto,” kata Denton. “Panas dari tabrakan dan kekuatan pasang surut mungkin berperan besar dalam membentuk permukaan Pluto yang kita lihat sekarang.”
Baca juga: Pluto Belum Pernah Selesai Memutari Matahari, Butuh 155 Tahun Lagi
Terkini Lainnya
- Tahun 2024 Menjadi Tahun Terpanas dalam Sejarah
- Misteri Cahaya Putih Aurora Borealis Terpecahkan
- Hewan Apa yang Memiliki Ekor Terpanjang?
- Ini Rayuan Terbaik Menurut Ilmu Pengetahuan
- Inilah Foto Close-up Pertama Sebuah Bintang di Luar Galaksi Kita
- Dinosaurus Tertua di Amerika Utara Ditemukan, Muncul Pertanyaan Baru
- Harta Karun Romawi Berusia 1.700 Tahun Ditemukan di Luksemburg
- Malam Ini, Penampakan Langka Asteroid Raksasa Bisa Dilihat dari Bumi
- Ikan Medaka Kawin hingga 19 Kali Sehari!
- Rahasia Panjang Umur: Mengurangi Kalori dan Makan di Waktu yang Tepat
- Lobster Hias Berwarna Cerah dari Indonesia Ternyata Spesies Baru
- Januari 2025, Kesempatan untuk Mengamati Planet Mars Lebih Dekat
- Terapi Latihan Fisik Disebut Efektif Mengobati Gagal Jantung
- Mengapa Kebakaran Masih Terjadi di Los Angeles pada Musim Dingin?
- Makin Banyak Puing Antariksa Jatuh dari Langit
- Ledakan di Rumah Polisi di Mojokerto, Lima Rumah Rusak, 2 Orang Tewas
- Khabib Nurmagomedov Diusir dari Pesawat, Frontier Airlines Diminta Cepat Selidiki
- Terduga Pelaku Penusukan Aktor Sandy Permana Diduga Pernah Jadi Kru Tukang Bubur Naik Haji
- Rujm el-Hiri: Misteri Roda Hantu di Dataran Tinggi Golan
- 10 Spesies Tumbuhan Menarik yang Ditemukan Tahun 2024, Termasuk Anggrek dari Indonesia
- Studi Ungkap Bahaya Suara Bising Pesawat bagi Kesehatan Jantung
- Ditemukan Planet Super Mirip Bumi dengan Kepadatan seperti Timbal
- Menurut Saksi, Ukuran Harimau Jawa Jadi Sebesar Kambing, Mengapa Begitu?