airtronicfirearms.com

Misteri Mumi "Screaming Woman" Berusia 3.500 Tahun Terpecahkan, Ini Penyebab Ekspresinya Berteriak

Foto profil depan dan kanan kepala mumi anonim (disebut CIT8) diambil pada tahun 1939 di Fakultas Kedokteran Kasr Al Ainy di Kairo, Mesir. Diambil dari Jurnal Frontiers in Medicine oleh Sahar Saleem.
Lihat Foto

- Sebuah studi baru telah mengungkapkan misteri mumi "screaming woman" atau mumi wanita dengan ekspresi berteriak.

Temuan tersebut diterbitkan dalam sebuah jurnal Frontiers in Medicine pada Jumat (2/8/2024) yang dipimpin oleh Profesor Radiologi Universitas Kairo, Saher Saleem.

Mumi tersebut pertama kali ditemukan saat ekspedisi arkeologi pada tahun 1935 di Deir el-Bahari dekat Luxor, Mesir.

Selanjutnya, peneliti menggunakan pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT) untuk “membedah secara virtual” mumi tersebut.

Selain itu, peneliti juga menggunakan berbagai teknik, termasuk analisis difraksi sinar-X untuk menyelidiki kulit, rambut, dan wig hitam panjangnya.

Para ilmuwan kemudian menentukan, usia mumi wanita tersebut sekitar 48 tahun saat ia meninggal, dilansir dari Times of India, Sabtu (3/8/2024).

Lantas, apa penyebab mumi "screaming woman" itu memiliki ekspresi berteriak?

Baca juga: Ilmuwan Merekonstruksi Suara Mumi Mesir Kuno Berusia 3.000 Tahun, Ini yang Diucapkannya

Misteri mumi "screaming woman"

Para ilmuwan berpendapat, mumi wanita berusia 48 tahun itu kemungkinan telah mengalami bentuk kekakuan otot langka yang disebut spasme kadaver, yakni kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan kekakuan itu tetap bertahan sesudah kematian.

Selain itu, pemeriksaan juga mengungkapkan bahwa wanita tersebut telah hidup dengan radang sendi ringan pada tulang belakang. Ia juga telah kehilangan beberapa giginya.

Meski demikian, tubuh mumi itu terjaga dengan baik lantaran telah dibalsem sekitar 3.500 tahun yang lalu selama periode Kerajaan Baru Mesir Kuno.

Adapun, peneliti menyebut bahwa balsem yang digunakan merupakan bahan-bahan impor yang mahal seperti minyak juniper dan damar kemenyan.

Tak seperti praktik mumifikasi pada umumnya, organ dalam wanita tersebut, kecuali jantung, tidak dikeluarkan.

"Di Mesir kuno, para pembalsem merawat jenazah agar tetap cantik di akhirat. Itulah sebabnya mereka selalu menutup mulut jenazah dengan mengikat rahang ke kepala untuk mencegah rahang jatuh setelah kematian," kata Saleem.

Saleem mengatakan, kualitas bahan pembalseman dan keberadaan pakaian pemakaman yang mahal, termasuk dua cincin emas dan perak, serta wig berambut panjang yang terbuat dari serat kurma, mengesampingkan kemungkinan mumifikasi yang ceroboh atau kelalaian dalam menutup mulut mumi.

Hal ini membuat para peneliti mempertimbangkan penjelasan lain untuk mulut yang terbuka lebar, seperti wanita tersebut meninggal sambil berteriak karena kesakitan atau rasa sakit, dengan otot-otot wajah yang berkontraksi karena kejang mayat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat