Apakah Keberadaan Hantu Benar-benar Ada? Berikut Ini Penjelasan Sains
- Pengalaman melihat penampakan atau merasakan keberadaan hantu kerap dirasakan oleh beberapa orang.
Cerita horor seputar hantu dan makhluk halus telah mengiringi kehidupan manusia selama ribuan tahun.
Misalnya, penampakan tembus pandang yang melayang di lorong, suara aneh tanpa sosok yang tiba-tiba terdengar, atau sosok menjulang di rumah kosong.
Namun, belum ada bukti ilmiah tentang keberadaan makhluk-makhluk ini.
Lantas, bagaimana sains dan ilmu medis menjelaskan pengalaman melihat dan merasakan keberadaan hantu?
Baca juga: Misteri Kapal Hantu SS Ourang Medan yang Tenggelam di Selat Malaka
Ketindihan alias kelumpuhan tidur
Dilansir dari BBC, Selasa (15/8/2023), pengalaman supranatural terutama saat tidur tak jarang disebabkan oleh ketindihan, dalam medis disebut sleep paralysis atau kelumpuhan tidur.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Unit Penelitian Psikologi Anomali di Goldsmiths, University of London, Inggris, Chris French.
Unit ini bertujuan untuk meneliti psikologi di balik kepercayaan paranormal dan pengalaman yang tidak dapat dijelaskan.
Secara umum, manusia akan memulai tidur dengan fase non-rapid eye movement (NREM). Kemudian, tubuh akan masuk ke tahapan rapid eye movement (REM).
Menurut French, saat memasuki fase REM, otak mencegah tubuh bergerak. Pada tahap ini, seseorang akan merasa dirinya terjaga, tetapi tidak mampu menggerakkan tubuh.
Lantaran REM adalah fase tidur yang paling berkaitan dengan mimpi, halusinasi juga dapat terjadi. Biasanya, orang yang mengalaminya kerap merasakan kehadiran "seseorang" di kamar.
"Kelumpuhan tidur adalah semacam gangguan pada mekanisme tidur normal. Itu bisa menakutkan," jelas French.
Bukan hanya ketindihan, kualitas tidur yang buruk juga dapat mendukung kepercayaan seseorang terhadap hantu.
Penelitian terhadap 8.853 orang menunjukkan, tidak cukup tidur di malam hari dapat berkontribusi pada kepercayaan yang lebih kuat terhadap hantu, setan, dan alien.
Bukan hanya itu, gangguan tidur juga dapat memicu fenomena ketindihan atau sleep paralysis, yang dapat mengakibatkan halusinasi.
Baca juga: Video Viral, Filter Kamera TikTok Disebut Bisa Rekam Hantu Berumur 800 Tahun, Ini Kata Ahli
Keracunan karbon monoksida
Kondisi tempat tinggal turut memberi pengaruh besar terhadap apakah seseorang dapat melihat hantu atau tidak.
Hal tersebut disebabkan kehadiran karbon monoksida, gas beracun yang tidak berwarna dan tidak berbau, serta dapat menyebabkan sakit parah jika terhirup.
Di dalam rumah, gas ini dapat dihasilkan oleh api, kompor, atau kendaraan bermotor yang "dipanaskan".
Dilansir dari IFL Science, Rabu (30/10/2024), banyak kejadian paranormal yang dapat dikaitkan dengan keracunan karbon monoksida, terutama di era Victoria (1837-1901).
Pada 1921, sebuah laporan terperinci diterbitkan dalam American Journal of Ophthalmology. Laporan ini menggambarkan kasus aneh dari sebuah keluarga yang mengalami aktivitas paranormal setelah pindah ke sebuah rumah.
Sang ayah merasa, ada sekumpulan orang yang mengawasi dari belakang setiap kali makan camilan sebelum tidur. Sementara, anak-anak mulai menjadi sakit, pucat, dan kehilangan minat bermain.
Namun, ternyata, tungku rumah tersebut telah rusak dan menyebarkan gas karbon monoksida.
Kondisi tersebut menyebabkan penghuni merasa sakit dan kemungkinan menjelaskan aktivitas "hantu" di rumah itu.
Kasus lain yang lebih baru dialami oleh penulis dan jurnalis Amerika, Carrie Poppy, yang merasakan keberadaan hantu di rumahnya pada 2017,
Dikutip dari laman NPR, dia mengaku merasakan gejala perasaan takut, tekanan di dada, dan halusinasi pendengaran.
Ketika dia meminta perusahaan gas untuk menyelidiki, mereka mengonfirmasi bahwa rumahnya mengalami kebocoran karbon monoksida.
Baca juga: Kenapa Banyak Orang Percaya Adanya Hantu?
Terkini Lainnya
- Apakah Keberadaan Hantu Benar-benar Ada? Berikut Ini Penjelasan Sains
- Gerak Pemerintah untuk Swasembada Pangan, Siapkan Rp 139,4 Triliun, Jadi Prioritas
- Polda Jateng: Sopir Truk yang Tabrak Mobil Kru TV One Alami Microsleep
- Mulai 1 November 2024, BPJS Kesehatan Jadi Syarat Bikin SIM di Seluruh Indonesia
- Viral, Video Lalat Mengeluarkan Belatung, Apakah Bahaya bagi Manusia?
- Hampir 100 Orang Jadi Korban, Ini Penyebab Banjir di Spanyol
- Jatuh pada Tanggal 1 November 2024, Apakah Diwali Hari Libur Nasional?
- Kim Jong Un Disebut Kirim Tentara ke Rusia Bantu Perang Ukraina, Seberapa Kuat Militer Korea Utara?
- Halloween Sebenarnya Hari untuk Merayakan Apa?
- Penyebab Suhu Panas Saat Ini dan Cara Mengeceknya di Aplikasi
- Warganet Keluhkan Modus Penipuan Berkedok Layanan Pajak Imbas Data Bocor, Ini Kata Ditjen Pajak
- Pernyataan Resmi TV One Usai Mobil Kru Kecelakaan di Tol Pemalang, 3 Orang Meninggal
- Mengelola Artificial Intelligence Melalui AI Governance dan Management System (Bagian II-Habis)
- Pembangunan IKN di Era Prabowo Tidak Akan Secepat Jokowi, Menteri PU Jelaskan Alasannya
- Selamat Jalan Irna Gustiawati, Jurnalis Tangguh dengan Ide Visioner...
- Rusia: Kerja Sama Militer dengan Korea Utara Tidak Melanggar Hukum Internasional
- Irna Gustiawati, Mantan Pemred Liputan6.com Meninggal Dunia di Usia 50 Tahun
- Kejagung Ungkap Alasan Mengapa Tom Lembong Baru Ditetapkan sebagai Tersangka Sekarang
- Jatuh pada Tanggal 1 November 2024, Apakah Diwali Hari Libur Nasional?
- Polda Jateng: Sopir Truk yang Tabrak Mobil Kru TV One Alami Microsleep
- Mengelola Artificial Intelligence Melalui AI Governance dan Management System (Bagian II-Habis)
- Halloween Sebenarnya Hari untuk Merayakan Apa?
- Hampir 100 Orang Jadi Korban, Ini Penyebab Banjir di Spanyol