airtronicfirearms.com

Makan Bergizi Gratis sebagai "Great Equalizer"

Sejumlah siswa menikmati makanan saat pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis di SDN Kedung Badak 1, Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (6/1/2025). Sebanyak 25 sekolah dengan 6001 siswa di Kota Bogor mulai menerima manfaat dari program Makan Bergizi Gratis yang dilaksanakan oleh dua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yaitu SPPG Tanah Sareal dan SPPG Yayasan Bosowa Bina Insani.
Lihat Foto

SEJAK pertama kali dikumandangkan dan akhirnya menjadi kebijakan resmi, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) mendapat banyak kritik. Mulai dari beban postur anggaran yang berat dan program alternatif yang dinilai lebih baik.

Penulis menganggap kritik-kritik tersebut gagal melihat MBG sebagai suatu investasi jangka panjang yang penting dan bukan hanya sekadar program konsumtif jangka pendek.

MBG harus dilihat sebagai suatu bentuk perang terhadap “stunting”. Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa stunting adalah salah satu penyebab ketimpangan, sebagaimana pernah disampaikan Ketua Tim Kebijakan Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Elan Satriawan.

Stunting bukan hanya menyebabkan tinggi badan tidak optimal, tapi juga potensi manusia yang tidak optimal. Stunting menjadi sumber ketimpangan ekonomi.

Tahun 2023, Kenan Insitute menerbitkan riset yang menyimpulkan bahwa persentase tenaga kerja ahli dalam suatu negara adalah faktor penting untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Stunting memengaruhi pertumbuhan fisik, kesehatan, pengembangan otak, kemampuan kognitif, bahkan emosional seorang anak menjadi suboptimal.

Stunting dapat dilihat sebagai penyebab utama ketidakmampuan SDM Indonesia untuk bersaing di kancah global dan menetaskan tenaga kerja ahli, terutama mengingat angka prevalensi stunting di atas 20 persen.

Pada Maret 2022, Elsevier menerbitkan penelitian mengenai kerugian ekonomi yang diakibatkan stunting pada negara berpendapatan rendah dan menengah.

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh stunting kepada negara-negara tersebut berjumlah miliaran dollar AS pada penjualan dan keuntungan yang diciptakan tenaga kerja per tahun.

Karena itu, perang terhadap stunting bukan hanya memiliki dasar legitimasi moralnya, tapi juga legitimasi ekonominya. Memerangi stunting adalah upaya yang menguntungkan secara ekonomi.

MBG sebagai upaya memerangi stunting haruslah dilihat sebagai suatu investasi yang menguntungkan jangka panjang, bukan hanya suatu program “bakar duit” untuk kepentingan jangka pendek.

Oleh karena itu MBG haruslah dilihat sebagai suatu “Great Equalizer” atau upaya “levelling the playing field”, satu upaya menyetarakan ketimpangan sosio-ekonomi dengan memberikan akses kepada nutrisi yang cukup untuk rakyat kurang mampu.

Harapannya, mereka dapat mengembangkan potensi yang sama seperti rakyat yang lebih mampu.

Dengan memerangi stunting, MBG juga memerangi ketidakmampuan kognitif, kemiskinan dan ketimpangan. Investasi pada MBG harus dilihat sebagai investasi pada kemampuan kognitif anak-anak Indonesia yang akan meningkatkan daya serap mereka terhadap pendidikan.

Ada pula pendapat bahwa yang dibutuhkan adalah membangun mental anak-anak Indonesia, bukan MBG.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat