airtronicfirearms.com

Sederet Pejabat di Asia yang Mundur karena Dinilai Gagal Menjalankan Tugas

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan, rudal balistik yang diduga ditembakkan dari Korea Utara diyakini telah mendarat di dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang pada Sabtu (18/2/2023). Pada Jumat (14/4/2023), Kishida memuji rencana untuk membangun kasino legal pertama di Kota Osaka.
Lihat Foto

Tanggung jawab dan integritas seorang pejabat menjadi kunci dalam menjalankan roda pemerintahan.  Sayangnya, tidak semua pejabat mampu memenuhi ekspektasi publik.

Di beberapa negara Asia, sejumlah pejabat memilih mundur dari jabatannya setelah dinilai gagal menjalankan tugas atau menghadapi tekanan publik yang besar.

Keputusan mundur ini sering kali menjadi langkah terakhir dalam menanggapi kritik dan ketidakpuasan yang meluas.

Pengunduran diri pejabat umumnya dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari skandal korupsi, kebijakan yang tidak efektif, hingga kegagalan dalam menangani krisis nasional.

Beberapa pemimpin terpaksa menyerahkan jabatan mereka setelah kehilangan kepercayaan publik, sementara yang lain mundur sebagai bentuk tanggung jawab atas kegagalan mereka.

Lalu, siapa saja pejabat di Asia yang mundur karena dianggap gagal memimpin?

Baca juga: Menhub Korsel Nyatakan Siap Mundur Buntut Kecelakaan Jeju Air

1. Choi Jong-kyung

Choi Joong-kyung mundur dari jabatannya sebagai Menteri Ekonomi Korea Selatan pada tahun 2011.

Hal itu dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab atas peristiwa pemadaman listrik besar-besaran di negaranya.

Diberitakan (2019), terjadi salah perhitungan saat melakukan kalkulasi cadangan listrik di Korea Selatan, sehingga mengakibatkan mati listrik secara nasional.

Choi menyatakan mundur sebagai tanggung jawab moral atas peristiwa itu.

Baca juga: Mikheil Kavelashvili Dilantik Jadi Presiden Georgia, Pendahulunya Tolak Mundur

2. Naoto Kan

Pada tahun yang sama, Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan juga menyatakan mundur dari jabatannya pada 2011.

Mulanya, Naoto Kan membuat kebijakan yang didukung oleh rakyat. Namun, lambat laun, dukungan rakyat kepadanya semakin lemah.

Melalui sebuah jajak pendapat, lebih dari dua pertiga rakyat Jepang tidak puas dengan kinerja Naoto Kan. 

Jajak pendapat itu dilakukan oleh tiga koran besar di Jepang, yaitu Nikkei, Mainichi Shimbun, dan Asahi Shimbun.

Hasilnya, hampir 70 persen warga Jepang menginginkan Naoto Kan segera mundur dari jabatannya.

Baca juga: Mundur Lagi, Kapan ASN Pindah ke IKN?

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat